Abstrak


Analisis Persepsi Siswa Terhadap Program Gerakan Literasi Sekolah


Oleh :
Diyahiyah Thotho Lansyah - K8419027 - Fak. KIP

Diyahiyah Thotho Lansyah K8419027 ANALISIS PERSEPSI SISWA TERHADAP PROGRAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2023.

Gerakan Literasi Sekolah atau disingkat GLS merupakan gerakan yang diinisiasi oleh pemerintah melalui Kemendikbud untuk menyelenggarakan kegiatan literasi diseluruh bangku pendidikan sekolah. Fokus dari GLS adalah menumbuhkembangkan budi pekerti melalui materi buku bacaan dengan membudayakan ekosistem literasi di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan dan partisipasi siswa pada kegiatan program GLS di sekolah, (2) mengidentifikasi persepsi siswa terhadap program GLS yang telah dijalaninya. Metode pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus, pengumpulan data melalui teknik observasi partisipasi pasif, dokumentasi wawancara guru dan siswa di salah satu SMA di Boyolali yang melalui pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Teknik uji vaiditas data menggunakan triangulasi sumber data. Teknik analisis data menggunakan analisis tematik. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, implementasi GLS di sekolah kurang memperhatikan yang ada di buku panduan, pelaksanaan GLS masih pada tahap pembiasaan. tujuan dari literasi masih belum tercapai sebagaimana mestinya. Persepsi dan paradigma siswa pada literasi masih mencakup pada artian kegiatan membaca dan menulis, siswa memandang kegiatan GLS masih sebagai salah satu kegiatan wajib yang harus diikuti, kesadaran siswa atas keinginan sendiri untuk membaca masih kurang hal ini dipengaruhi siswa tidak terbiasa membaca di rumah karena GLS masih belum terintegrasi dengan gerakan literasi lainnya yaitu GLK (Gerakan Literasi Keluarga) maupun GLM (Gerakan Literasi Masyarakat). Tolak ukur kegiatan literasi masih berarah pada aspek penilaian kuantitas yaitu sekedar pengalaman membaca sebanyak 30 buku. Kedua, secara umum GLS di Indonesia masih pada tahap penumbuhan minat baca. Disamping GLS sebagai kebijakan dari pemerintah, Pelaksanaan GLS di sekolah dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas sekolah sebagai pendongkrak akreditasi sekolah. Gerakan literasi pada awal mulanya adalah gerakan yang muncul dari inisiatif organisasi sosial kemasyarakatan atas kekhawatiran buta aksara di Indonesia yang saat itu sangat tinggi. Sehingga pada dewasanya gerakan literasi bertransformasi menjadi mobilisasi yang diinisiasi oleh pemerintah dengan diturunkannya Permendikbud Nomor 15 Tahun 2015 yang mengharuskan setiap sekolah untuk menyelenggarakan GLS dan siswa mau tidak mau diharuskan menjalankan regulasi tersebut. Namun secara keseluruhan, sekolah sudah cukup baik dalam memulai tahapan pelaksanaan GLS di sekolahnya.