Abstrak


Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Perekonomian Propinsi Jawa Tengah (Pendekatan Input-Output)


Oleh :
Seno Sasongko - F0199062 - Fak. Ekonomi dan Bisnis

Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa negara yang diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pendapatan negara. Pengembangan sektor pariwisata di propinsi Jawa Tengah juga diharapkan dapat memberikan andil kepada pendapatan daerah, serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Sarana dan prasarana pariwisata yang dimiliki propinsi Jawa Tengah lebih dari cukup untuk dapat mengembangkan kegiatan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana dampak dari pengeluaran wisatawan mancanegara yang datang ke propinsi Jawa Tengah terhadap perekonomian  propinsi Jawa Tengah. Kedatangan wisatawan mancanegara ke propinsi Jawa Tengah dapat diketahui melalui kedatangan wisatawan mancanegara yang tercatat di obyek wisata dan yang tercatat menginap di hotel di propinsi Jawa Tengah. Perbedaan jumlah wisatawan mancanegara yang datang dari kedua pencatatan ini akan menimbulkan jumlah pengeluaran yang berbeda. Perhitungan dampak akan didasarkan pada dua pendekatan pencatatan tersebut. Dampak ekonomi pengeluaran wisatawan mancanegara diukur dari jumlah output, pembentukan nilai tambah, penciptaan tenaga kerja dan kebutuhan impor. Selain itu juga akan dianalisis struktur input sektor pariwisata propinsi Jawa Tengah untuk mengetahui tingkat ketergantungan suatu sektor terhadap sektor lain, mengetahui sektor biaya antara yang dominan, dan mengetahui pembagian pendapatan sektor pariwisata.

Alat analisis yang dipergunakan untuk melakukan perhitungan adalah model analisis Input Output. Model Input Output dapat memberikan gambaran hubungan antar sektor dalam perekonomian.

Hasil perhitungan dampak menunjukkan bahwa jumlah  output sebesar Rp.157,1 miliar untuk pengeluaran wisatawan mancanegara yang menginap di hotel dan Rp.801,6 miliar pengeluaran wisatawan mancanegara yang datang ke obyek wisata di propinsi Jawa Tengah. Nilai tambah yang terbentuk adalah sebesar Rp.92,4 miliar untuk pengeluaran wisatawan mancanegara yang menginap di hotel dan Rp.471,4 miliar pengeluaran wisatawan mancanegara yang datang ke obyek wisata di propinsi Jawa Tengah. Penyerapan tenaga kerja yang terjadi adalah 11.308 tenaga kerja untuk pengeluaran wisatawan mancanegara yang menginap di hotel dan 57.710 tenaga kerja untuk pengeluaran wisatawan mancanegara yang datang ke obyek wisata di propinsi Jawa Tengah. Kebutuhan impor yang ditimbulkan adanya pengeluaran wisatawan mancanegara yang datang ke propinsi Jawa Tengah adalah Rp.10,4 miliar untuk pengeluaran wisatawan mancanegara yang menginap di hotel propinsi Jawa Tengah dan  Rp.52,9 miliar untuk pengeluaran wisatawan mancanegara yang tercatat di obyek wisata propinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan hasil jumlah output yang didapat maka pemerintah propinsi Jawa Tengah masih memiliki potensi untuk meningkatkan jumlah outputnya, dengan menaikkan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara, yang dilakukan dengan kebijakan memberikan penawaran yang menarik bagi wisatawan. Dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan, proporsinya sekitar 0,59 dari jumlah output adalah nilai tambah. Hal ini cukup baik dan yang menjadi prioritas pengembangan adalah sektor jasa-jasa sebab mempunyai proporsi terbesar pada upah dan gaji dalam nilai tambah. Penyerapan tenaga kerja yang diciptakan masih relatif kecil hal ini memberikan gambaran bahwa peningkatan pengeluaran wisatawan mancanegara harus diusahakan untuk mendorong terciptanya lapangan kerja baru, dan pengembangannya menitik beratkan pada sektor yang padat karya. Kebutuhan impor yang disebabkan pengeluaran wisatawan mancanegara memang tidak terlalu besar dilihat dari proporsinya, namun tetap harus ditekan dengan memenuhi kebutuhan produksi sendiri. Terutama sektor makanan dan minuman harus lebih diprioritaskan sebab sektor ini mempunyai proporsi impor terbesar. Struktur input pariwisata propinsi Jawa Tengah terlihat masih belum merata dengan adanya proporsi yang besar pada surplus usaha, hal ini memberikan dampak yang kurang baik apabila dilihat dari sisi pemerataannya, karena kondisi ini hanya memberikan keuntungan pada sebagian kelompok saja.