Abstrak


Aspek Semantik dan Simbolik dalam Tradisi Ruwatan Sengkla di Surakarta


Oleh :
Yuliyanti Dewi Untari - K1203082 - Fak. KIP

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) latar belakang dan perkembangan upacara tradisi ruwatan sengkala di Surakarta, (2) Aspek semantik tembang dan macapat dalam tradisi ruwatan sengkala di Surakarta, (3) Aspek simbolik yang terkandung dalam tradisi ruwatan sengkala di Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah informan, peristiwa, tempat, dan arsip yang berhubungan dengan penelitian. Teknik cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik snowball sampling dan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam, dan analisis isi. Validitas data diuji dengan teknik trianggulasi sumber, trianggulasi metode, dan trianggulasi teori. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model interaktif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan: (1) Latar belakang dan perkembangan tradisi ruwatan sengkala di Surakarta adalah; ketika zaman belum maju di mana wayang masih menjadi barang yang teramat mewah, ruwatan dilakukan tanpa menggunakan wayang dan kategori orang yang diruwat adalah orang yang merasa sial baik karena lingkungan yang mempengaruhinya maupun karena penderitaan yang dialaminya. Saat zaman pra-Hindu ruwatan muncul dengan media utama wayang untuk membebaskan manusia dari aura jahat yang mengelilinginya. Ruwatan kemudian berkembang seiring perkembangan zaman, membuat orang-orang ada yang percaya mengenai harus diadakan ruwatan dan orang yang tidak percaya dengan apa itu ruwatan. Ruwatan pada zaman sekarang dilakukan secara berkelompok oleh lembaga tertentu, pengadaan secara berkelompok bertujuan untuk menghemat biaya pelaksanaan ruwatan. Keberadaan sajen sebagai perlambang doa oleh sebagian orang tidak lagi digunakan karena menurut mereka doa adalah pengucapan. Tuhan tidak akan turun untuk memakan sajen tersebut. Berkembangnya pemikiran membuat tradisi ruwatan disalahartikan oleh sebagian orang dan dicampur istilahkan dengan upacara wiradat atau prosesi meminimalkan bencana yang akan menimpa seseorang (2) Aspek semantik dalam tradisi ruwatan sengkala di Surakarta adalah memaknai kata yang ada dalam tembang dan macapat yang digunakan dalam upacara ruwatan kemudian disimpulkan tiap tembang untuk mengetahui nasihat yang ada didalamnya. Nasihat dalam tembang berisi tentang kebajikan dan apa yang harus dilakukan manusia dan apa yang tidak boleh dilakukan manusia. (3) Aspek simbolik yang bisa dijelaskan dalam tradisi ruwatan sengkala di Surakarta adalah simbol yang ada dalam sesaji/ sajen yang digunakan dalam upacara ruwatan sengkala di Surakarta. Simbol yang terkandung dalam sesaji adalah; setiap benda yang termasuk sesaji mempunyai makna yang bersifat simbolis. Sesaji tersebut berfungsi sebagai doa dengan pengharapan yang baik kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkaitan dengan nilai simbolisnya inilah maka dianjurkan jika sesaji janganlah diganti dengan benda yang lebih praktis dan lebih baik nilainya.