Berbagai program pengentasan kemiskinan selama ini tentu saja dilandasi komitmen yang sangat tinggi untuk mempercepat upaya pengemtasan kemiskinan. Namun, sifatnya masih banyak yang top down dan warga miskin ternasuk didalamnya perempuan miskin diperlakukan sebagai obyek dari program. Bahkan tidak jarang yang cenderung sekedar menjadi suatu proyek, membuat sasaran utamanya tidak tercapai. Selain minimpnya keterlibatan perempuan miskin secara aktif dan kecenderungan diabaikannya masalah kesetaraan dan keadilan gender. Bahkan belakanagn program tersebut justru meenimbulkan persoalan baru, seperti konflik horisontal, mentalintas menadahkan tangan ("krido lumahing asta"), yang jauh dari semangat penyadaran, pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan. Dalam suatu rangkaian kesatuan program mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan, evaluasi, seluruh komponen masyarakat termasuk didalamnya perempuan miskin seharusnya memperoleh kesempatan yang sama untuk berkiprah didalamnya. Dengan demikian, program memberikan kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk belajar bagaimana mengelola suatu kegiatan bersama. Melalui proses pembelajaran diharapkan perempuan miskin menjdai lebih mandiri, mampu menilai kebutuhan sendiri, mengukur potensi dan peluang yang dimiliki, serta mendesain dan mengevaluasi program. Dengan alur pemikiran semacam ini diharapkan pelaksanaan program dapat berlangsung secara berkelanjutan. Penelitian ini akan menghasilkan luaran sebagai berikut: (1) mengetahui secara riil implementasi program pemberdqayaan perempuan miskin yang selama ini dilaksanakan di kota Surakarta; (2) mengetahui potensi dan peluang perempuan miskin terhadap program penanggulangan kemiskinan, (3) dapat didentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan beserta manfaatnya bagi perempuan miskin; (4) ditemukan model pembeerdayaan perempuan miskin melalui pengembangan usaha produktif menuju kemandirian ekonomi di kota Surakarta yang berkelanjutan.
