Abstrak


Jaranan Kediri: Hegemoni Dan Representasi Identitas


Oleh :
Dhany Oktaviany - D0313018 - Fak. ISIP

Membicarakan kesenian jaranan tidak akan pernah bisa dibahas dalam satu topik tunggal berupa seni. Kesenian jaranan merupakan bagian integral dan sosio- historis masyarakat kota Kediri. Perkembangan dari kesenian jaranan tidak berjalan natural atau alamiah apa adanya, namun terdapat tangan – tangan kuasa yang turut memengaruhi perubahan dan perkembangan dari kesenian jaranan. Tangan – tangan kuasa agen tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor non seni. Faktor kuasa yang paling kuat adalah berasal dari faktor pemerintah, faktor agama dan faktor ekonomi (pasar). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi identitas komunitas kesenian jaranan Kediri, menjelaskan hegemoni rulling class dan mejelaskan politik representasi idetitas dari komunitas kesenian jaranan kota Kediri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori hegemoni yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci dan teori representasi oleh Stuart Hall. Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Kota, Kota Kediri, Jawa Timur. Peneltitian kualitatif ini menggunakan metode penelitian yakni, studi etnografi James Spradley. Teknik pengambilan sampel data adalah dengan Purposive sampling. Teknik pengambilan data adalah dengan wawancara, FGD dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis tema yang diadaptasi dari etnografi James P. Spradley. Hasil penelitian komunitas kesenian jaranan di kota Kediri. Dalam menghadapi relasi kuasa pemerintah, agama dan pasar tersebut, komunitas kesenian jaranan membentuk empat representasi identitas yakni; (1) Jaranan festival; (2) jaranan tanggapan; (3) Jaranan Sendratari untuk acara Agama Islam dan; (4) Jaranan Sendratari lakon Dewi Sanggalangit.Kesenian jaranan tidak berakhir hanya menjadi suatu kesenian dalam aspek budaya saja namun jaranan Kediri mejadi arena dominasi kekuasaan dari rulling class. Jaranan di Kota Kediri hadir sebagai suatu kekuatan sosio-budaya rakyat, yang tak luput dari proses hegemoni oleh rulling class tersebut. Terdapat dua aliansi kelompok hegemonik yakni pemeritah/agama dan ekonomi/elit lokal. pemerintah/agama menggunakan kepemimpinan kultural dasar ideologis agama, sementara ekonomi/elit lokal menggunakan ideologi ekonomi formal. Blok hegemoni oleh rulling class dan counter hegemoni oleh komunitas jaranan. Tingkatan hegemoni yang tercipta adalah decedent hegemony. Politik representasi yang dilakukan menyasar pada tiga bidang yakni, pemerintah, agama dan pasar