Abstrak


Obsesi Perempuan dalam Menggapai Kebebasan dan Emansipasi


Oleh :
Kristianti Mks - D1205548 - Fak. ISIP

ABSTRAK Seni teater merupakan salah satu media komunikasi yang mempunyai pengaruh kuat dalam mengungkap realitas. Pengungkapan realitas dituangkan dalam naskah yang selanjutnya diterjemahkan dalam kesatuan unsur antara panggung, lighting, setting, musik, gesture dan vocal. Perpaduan masing-masing unsur mengandung makna dan pesan yang perlu diinterpretasikan lebih mendalam karena menggunakan simbol-simbol verbal maupun non verbal. Oleh karena itu seni teater belum merupakan kesatuan yang utuh ketika aktor belum melakukan lakon dalam sebuah pertunjukan di muka publik. Pokok persoalan dalam penelitian ini bukan menitikberatkan teater sebagai media komunikasi, tetapi lebih kepada substansi yang terkandung di dalamnya. Permasalahan utama yang ingin dijawab melalui studi ini adalah untuk mengetahui bagaimana permasalahan gender dan emansipasi yang dihadapi perempuan Indonesia melalui pertunjukan teater monolog Perempuan Menuntut Malam Konstruksi sosial masyarakat Indonesia pada umumnya menganut sistem patriarki yang sering membuat perempuan berada pada posisi yang dirugikan. Sistem patriarki memberikan hak-hak istimewa terhadap laki-laki dengan mengesampingkan kepentingan perempuan. Padahal pada kenyataannya laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai manusia. Kuatnya norma dan nilai-nilai budaya juga merupakan salah satu yang menghambat perkembangan perempuan. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskripstif, yaitu berupa pesan verbal dan non verbal yang terdapat dalam setiap tanda yang termuat dalam pementasan Perempuan Menuntut Malam. Peneliti menganalisa data dengan menggunakan tafsir semiologi komunikasi Andrik Purwasito yang tertuang dalam buku Message Studies (2003) yang pada intinya merupakan alat uji tanda-tanda dalam pesan yang dibangun dalam pementasan teater Perempuan Menuntut Malam pada tanggal 8-9 Maret 2008 di Taman Ismail Marzoeki, Jakarta. Dari hasil analisa data dapat ditarik kesimpulan bahwa pementasan teater monolog tersebut sangat mewakili kondisi perempuan pada masa kini. Secara umum perempuan mengalami kemajuan dengan turut aktif di sektor publik. Namun, peran perempuan tersebut masih tidak dapat dilepaskan dari peran domestik yang selama ini melekat pada perempuan. Kondisi biologis dan psikologis umum perempuan tanpa disadari juga merupakan salah satu penyebab kondisi perempuan cenderung statis. Setelah menarik kesimpulan, penulis merasa bahwa studi semiologi komunikasi sangat penting dalam mengasah sensitivitas insan komunikasi dalam menyikapi fenomena yang sarat akan simbol dan tanda. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada institut pendidikan agar mampu menyediakan ruang khusus bagi semiotika sebagai satu mata kuliah independen.