Abstrak


Nilai Kecernaan in Vivo Ransum Kelinci New Zealand White Jantan yang Menggunakan Bagasse Fermentasi


Oleh :
Mochammad Abdul Ghafur - H0504064 - Fak. Pertanian

ABSTRAK Kelinci merupakan ternak penghasil daging yang potensial dilihat dari aspek produksi dan reproduksi. Keberhasilan pemeliharaan kelinci sangat dipengaruhi oleh faktor pakan. Pakan merupakan biaya produksi terbesar, maka diperlukan upaya untuk menekan biaya pakan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mencari bahan pakan alternatif yang berasal dari limbah industri pengolahan hasil-hasil pertanian, salah satunya adalah ampas tebu (bagasse). Bagasse merupakan salah satu limbah industri gula yang sangat potensial digunakan sebagai bahan pakan ternak. Bagasse memiliki kandungan serat kasar dan lignin yang tinggi, sedangkan protein kasar yang rendah dan untuk meningkatkan nilai bahan pakan tersebut dilakukan fermentasi yang menggunakan probiotik dan penambahan urea. Perlakuan yang diberikan yaitu dengan fermentasi diharapkan dapat menaikkan nilai kecernaan dari bagasse. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kecernaan in vivo ransum yang menggunakan bagasse fermentasi sebagai komponen ransum kelinci New Zealand White jantan. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Kelinci Balekambang Surakarta mulai tanggal 4 juni 2008 sampai 29 Juli 2008 menggunakan 16 ekor kelinci New Zealand White jantan dengan umur 4 bulan dan rata-rata bobot badan 1996 ± 188 gram/ekor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan empat perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali dan tiap ulangan terdiri dari 1 ekor kelinci. Perlakuan yang diberikan yaitu P0 (60% Rendeng + 40% Konsentrat ), P1 (60% Rendeng + 35% Konsentrat + 5?gasse fermentasi), P2 (60% Rendeng + 30% Konsentrat + 10?gasse fermentasi), P3 (60% Rendeng + 25% Konsentrat + 15?gasse fermentasi). Peubah yang diamati adalah konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, Nutritive Value Index (NVI) bahan kering, Nutritive Value Index (NVI) bahan organik. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata dari masing-masing perlakuan yaitu P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut untuk konsumsi bahan kering 163,36; 149,79 ; 142,66 ; dan 134,25 (gram/ekor/hari), konsumsi bahan organik 150,25 ; 137,62 ; 131,43 ; dan 123,38 (gram/ekor/hari), kecernaan bahan kering 79,24; 74,13; 71,45 dan 69,88 (persen), kecernaan bahan organik 79,98 ; 75,28 ; 72,98 ; dan 71,50 (persen), Nutritive Value Index (NVI) bahan kering 129,52 ; 111,21; 101,99 ; dan 93,82 (gram/ekor/hari), Nutritive Value Index (NVI) bahan organik 120,22 ; 103,70 ; 95,98 ; dan 88,24 (gram/ekor/ hari). Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah yang diamati. Hasil uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan bahwa ransum yang menggunakan bagasse fermentasi menurunkan (P<0>