Abstrak


Aksesibilitas Air Bersih Masyarakat di Permukiman Kumuh Dengan Permukiman Non Kumuh Kecamatan Pasarkliwon Tahun 2019 (Suplemen Materi Bahan Ajar Geografi SMA Kelas X Kurikulum 2013 pada Kompetensi Dasar 3.7. Dinamika Hidrosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan)


Oleh :
Dias Risfatul Hamida - K5415018 - Fak. KIP

Kawasan permukiman di Kecamatan Pasarkliwon memiliki kesenjangan karakteristik permukiman, beberapa kelurahan tergolong kedalam permukiman kumuh dan permukiman non kumuh. Hal ini mengakibatkan terdapat perbedaan masyarakatnya dalam mengakses air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui akses masyarakat terhadap air bersih di permukiman kumuh dan permukiman non kumuh Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta. 2) Mengetahui perbedaan aksesibilitas air bersih antara masyarakat di permukiman kumuh dengan permukiman non kumuh Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di permuikiman kumuh dengan masyarakat yang tinggal di permukiman non kumuh Kecamatan Pasarkliwon dengan jumlah sampel sebanyak 177 Kepala Keluarga. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan skoring dan uji statistik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Aksesibilitas air bersih masyarakat di permukiman kumuh dan permukiman non kumuh berada pada tingkat akses tinggi, hal ini ditunjukkan dengan hasil kuantitas air bersihnya mencapai lebih dari 100 ltr/org/hr dengan jarak tempuh di rumah lebih dari 1 kran atau kurang dari 1 meter dan waktu tempuh kurang dari 1 menit. Biaya yang dikeluarkan mencapai lebih dari Rp 100.000,- untuk masyarakat yang tinggal di permukiman non kumuh dan Rp 21.000,- sampai dengan Rp 60.000,- untuk masyarakat di permukiman kumuh. (2) Perbandingan hasil statistik tingkat aksesibilitas air bersih pada 2 (dua) kawasan permukiman menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan ini dikarenakan pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Semanggi yang membantu pasokan air dari mata air Cokro Tulung dan IPA Jurug yang sebelumnya kurang dari 24 jam perhari dan adanya program bantuan peningkatan layanan akses air bersih bagi masyarakat kurang mampu yang berimbas pada perbedaan biaya yang dikeluarkan pada 2 (dua) kawasan permukiman