Abstrak


Morfologi Budaya Jurnalisme: Kompetensi Komunikasi Pada Wartawan


Oleh :
Sri Syamsiyah Lestari Sjafiie - T201608006 - Fak. ISIP

 

Budaya jurnalisme merupakan gabungan antara nilai-nilai jurnalisme dan praktik jurnalistik yang dilakukan oleh para wartawan. Berbagai penelitian sudah dilakukan terutama tentang bentuk budaya jurnalisme dari berbagai negara, namun belum banyak penelitian yang membahas bagaimana proses pembentukan budaya jurnalisme tersebut. Padahal proses ini penting untuk membentuk kompetensi komunikasi wartawan yang terdiri atas aspek kognitif, elemen afektif dan behavioral (Littlejohn & Foss, 2019; Hymes, 1972). Secara praktis kompetensi yang wajib dimiliki wartawan Indonesia, yang karenanya diujikan dalam uji kompetensi wartawan (UKW) adalah kompetensi intelektual, etika dan teknis (Dewan Pers, 2013). Perkembangan teknologi, situasi politik yang berubah membutuhkan kompetensi yang berbeda. Karena itu perlu untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan kompetensi komunikasi wartawan melalui proses morfologi budaya jurnalisme. Hal inilah yang menjadi alasan penelitian ini.

Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan jenis studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada informan di  empat lokasi yakni Yogyakarta, Jakarta, Medan dan Semarang. Pelaksanaan penelitian masing-masing lokasi sekitar satu bulan pada Tahun 2017-2019, dan jika dirasakan masih ada kekurangan maka informan akan dihubungi kembali.

Penelitian menghasilkan morfologi budaya jurnalisme dapat menghasilkan kompetensi komunikasi wartawan. Budaya jurnalisme yang terdiri atas nilai-nilai jurnalisme dan praktik jurnalistik, terbentuk dari tiga faktor yakni mikro, meso dan makro. Kompetensi komunikasi wartawan dari aspek kognitif dibentuk melalui morfologi nilai-nilai jurnalisme yang diajarkan dan ditanamkan pada wartawan. Pada proses ini, wartawan akan memiliki pengetahuan tentang peran wartawan dan nilai-nilai jurnalisme yang harus mereka miliki. Dari pengetahuan tersebut akan muncul kesadaran peran wartawan yang akan menjadi kompetensi afektifnya. Morfologi nilai dari faktor mikro, meso dan makro akan menghasilkan nilai-nilai yang cenderung sama atau berlaku universal pada wartawan. Namun pada morfologi praktik jurnalistik, ketiga faktor tersebut akan menghasilkan kompetensi teknis yang berbeda tergantung pada individu (mikro), media (meso) dan faktor lingkungan makro yakni politik, politik ekonomi, bisnis media, budaya setempat dan teknologi. Kompetensi komunikasi behavioral dibentuk oleh konteks lingkungan. Morfologi budaya jurnalisme yang menghasilkan pembentukan kompetensi komunikasi wartawan merupakan hal baru yang didapat dari penelitian ini.