Seiring perkembangan zaman dan dinamika pembangunan serta pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, eksistensi lahan pertanian mulai terusik. Berkurangnya lahan untuk pemenuhan dalam segi penanaman bahan pangan yang banyak. Sejalan dengan zaman yang semakin modern dan berkembang dan lebih inovatif, terciptalah budikdamber (budidaya ikan dalam ember) sebagai salah satu inovasi yang baik untuk dibudidayakan dan dikembangkan pada lahan yang terbatas. Sistem kerja dari budikdamber adalah membudidayakan ikan dan sayuran kangkung dalam satu ember yang merupakan sistem akuaponik secara polikultur antara ikan dan sayuran, sehingga sayuran akan memperoleh sumber makanan dari air kolam ikan yang berada di dalam ember, sehingga sistem ini masuk ke dalam kategori pertanian organik. Proses budikdamber dimulai dari pengadaan alat dan bahan, perakitan dan pembuatan media budidaya penyemaian bibit kangkung dan pembenihan lele, perawatan, dan yang terakhir pemanenan dan pemasaran. Pemasaran dilakukan dengan menggunakan metode 4P. Product, dibudidayakan mengamati efektifitas budikdamber di lahan terbatas dan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan konsumsi produk organik. Place, hasil produksi budikdamber dipasarkan baik secara online maupun offline. Price, produk hasil budikdamber dipasarkan dengan harga yang dapat bersaing. Promotion, hasil budikdamber dipromosikan dan dijual secara online melalui WhatsApp dan juga offline. Analisis usahatani Budikdamber lele dan kangkung secara berturut-turut yaitu dengan harga jual Rp 27.000/kg dan Rp 5.500/250gr, penerimaan total sebesar Rp 729.000, keuntungan Rp 442.270, BEP Harga Rp 17.920 untuk lele dan Rp 5.309 untuk kangkung, R/C Ratio 2,5 dan B/C Ratio 1,5 yang artinya bahwa usahatani budikdamber menguntungkan serta efektif dan layak dilanjutkan.