Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang dikenal sebagai pusat penghasil tanaman hortikultura terkhususnya di Kecamatan Selo dan Kecamatan Cepogo. Kondisi kedua kecamatan tersebut terletak di dataran tinggi yang subur sehingga menjadi tempat ideal untuk budidaya tanaman sayuran. Lahan pertanian sayuran tidak hanya menjadi sumber mata pencaharian petani, namun juga menawarkan potensi wisata alam yang dapat dikembangkan oleh masyarakatnya. Lanskap pertanian sayuran yang luas memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai destinasi wisata yang menarik. Namun, potensi wisata tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya. Salah satu tantangan utamanya ialah kurangnya informasi mengenai nilai ekonomi dari kegiatan rekreasi yang berkaitan dengan lanskap pertanian sayuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan wisatawan, mengetahui biaya perjalanan yang dikeluarkan wisatawan, mengetahui nilai ekonomi rekreasi berdasarkan analisis biaya perjalanan, dan mengetahui persepsi wisatawan terhadap fasilitas wisata di Kabupaten Boyolali.Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa di Kabupaten Boyolali memiliki kawasan lanskap pertanian sayuran yang memiliki potensi besar dijadikan sebagai destinasi wisata. Pengambilan sampel responden dilakukan secara accidental sampling sebanyak 100 orang wisatawan. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan wisatawan menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi Zero-Truncated Poisson, metode biaya perjalanan (Travel Cost Method), dan valuasi nilai ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara individu faktor biaya perjalanan dan tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap frekuensi kunjungan wisatawan, sedangkan faktor jarak tempuh, tingkat pendapatan, usia, dan daya tarik wisata tidak berpengaruh secara signifikan. Total biaya perjalanan diperoleh sebesar Rp26.578.500 dengan rata-rata sebesar Rp265.785 per individu. Surplus konsumen diperkirakan sebesar Rp404.858,3 per individu per kunjungan. Perhitungan nilai ekonomi diperoleh sebesar Rp625.963.968.237,3 atau Rp625,9 miliar dalam satu tahun yang menunjukkan bahwa kawasan wisata di Kabupaten Boyolali memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sangat berharga, dan diminati oleh wisatawan. Mayoritas wisatawan memiliki persepsi penilaian yang tinggi terhadap fasilitas wisata dengan kategori “sangat baik” dan “baik”.