Penulis Utama : Dewi Oktarini
NIM / NIP : C0208004
× Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi dan menemukan unsur naratif dan unsur sinematik yang terdapat dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita karya Robby Ertanto, (2) Mengidentifikasi dan menemukan kode-kode dan makna pada leksia-leksia yang terdapat dalam film 7 Hati 7 Cinta 7Wanita karya Robby Ertanto, (3) Mengidentifikasi dan menyangkal wacana mitos perempuan dalam film 7 Hati 7 Cinta 7Wanita karya Robby Ertanto. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotik Roland Barthes yang berfokus pada mitos perempuan. Sumber data penelitian ini adalah deskripsi cerita dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita karya Robby Ertanto. Data dalam penelitian ini adalah leksia-leksia yang dilengkapi dengan gambar dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita karya Robby Ertanto, dan data tersebut menunjukan adanya kode yang mengandung mitos perempuan dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita karya Robby Ertanto. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah teknik simak dan catat serta teknik pustaka. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis semiotik. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal (1) Unsur naratif dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita karya Robby Ertanto mengambil ruang atau lokasi yang nyata yaitu di rumah sakit Fatmawati Jakarta. Urutan waktu disajikan secara urut dari pagi, siang, sore hingga malam hari. Pelaku cerita dibagi menjadi karakter utama dan karakter pendukung. Karakter utama dalam film ini adalah dokter Kartini dan dokter Rohana, sedangkan karakter pendukungnya adalah Lily, Yanti, Lastri, Rara, Ratna, Ningsih, dokter Anton, Marwan, Bambang, Randy, Hadi dan Acin. Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita karya Robby Ertanto menampilkan realitas kaum perempuan melalui konflik-konflik berupa problematika tokoh perempuan sebagai pasien dokter Kartini, (2) Dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita karya Robby Ertanto ditemukan 19 leksia yang memiliki makna penting dalam merepresentasikan mitos perempuan. Kode-kode yang terdapat dalam leksia tersebut dianalisis menggunakan lima kode Roland Barthes yaitu kode hermeneutik, kode aksi, kode semik, kode simbolik dan kode budaya, Kode hermeneutik terdapat dalam judul film, scene 8, scene 17, scene 54, scene 16. Adegan yang mengandung kode aksi adalah aksi dokter Rohana yang berhasil membuka pandangan dokter kartini mengenai masalah jender bahwa tidak semua perempuan adalah korban (scene 27), scene 35, dan scene 15. Leksia yang mengandung kode semik antara lain tanda yang diberikan oleh dokter Kartini untuk menjalani sebuah ikatan pernikahan setelah melihat kemesraan Lastri dan Hadi (scene 36), adegan lain yang mengandung kode semik adalah scene 2, scene 20, scene 31, scene 51. Leksia yang mengandung kode simbolik antara lain scene 46, scene 31, scene 10, scene 40, scene 59, dan scene 53. Leksia yang mengandung kode budaya antara lain perempuan dalam ketimpangan dan kesetaraan jender, (3) Hasil penelitian ini juga menunjukkan penyangkalan wacana mitos perempuan. Penyangkalan wacana mitos “cinta buta” adalah dalam suatu hubungan asmara yang ada hanyalah bagaimana untuk saling memahami, mengerti, menghormati, menghargai dan mencintai pasangan apa adanya. Jangan sampai dibutakan oleh cinta dan menganggap segala yang terjadi adalah pengorbanan dari sebuah cinta sejati. Penyangkalan mitos “seks sebagai bukti cinta” adalah cinta tidak bisa dibuktikan dengan seks melainkan melalui kesediaan untuk membiarkan orang lain tetap mandiri dan bebas. Seks hanya bisa menjadi ungkapan cinta sejauh ada komitmen dan tanggung jawab. Penyangkalan mitos “tubuh perempuan” bahwa inner beauty adalah kecantikan yang lahir dari dalam diri seseorang, merupakan hasil dari kekuatan pikiran, hati dan ketulusan. Inner beauty akan abadi walau usia tidak muda lagi dan tubuh tidak lagi indah. Penyangkalan mitos “perempuan lajang” adalah kemuliaan perempuan sebagai ibu diperoleh jika ia ada dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki yang disahkan oleh hukum dan kaidah-kaidah sosial yang berlaku. Penyangkalan mitos “perempuan itu lemah” adalah perempuan bukan makhluk yang lemah. Faktanya, perempuan justru melindungi dan menyelamatkan. Sebagai contoh, kasus dokter Kartini dengan jelas, perannya begitu penting yaitu sebagai “penyelamat” dalam masyarakat. Penyangkalan mitos “trauma patah hati” adalah cinta tidak bisa dijadikan satu-satunya alasan untuk menikah, tetapi keberhasilan suatu perkawinan didasarkan pada fondasi yang kuat untuk sebuah perkawinan termasuk kecocokan, kepercayaan, dan komunikasi yang dibangun oleh masing-masing pasangan. Penyangkalan mitos “nikah siri” adalah dengan akta nikah, suami istri memiliki bukti otentik atas perbuatan hukum yang telah mereka lakukan. Bukti otentik semacam ini sangat penting sebagai tali pengikat tanggung jawab semua pihak agar terjamin nilai keadilan dan ketertiban yang menjadi pilar utama tegaknya kehidupan rumah tangga.
×
Penulis Utama : Dewi Oktarini
Penulis Tambahan : 1.
2.
NIM / NIP : C0208004
Tahun : 2013
Judul : Mitos Perempuan Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita Karya Robby Ertanto (Suatu Pendekatan Semiotik)
Edisi :
Imprint : Surakarta - FSSR - 2013
Program Studi : S-1 Sastra Indonesia
Kolasi :
Sumber : UNS-FSSR Jur. Sastra Indonesia-C.0208004-2013
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Dra. Murtini, M.S.,
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. Sastra dan Seni Rupa
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.