Abstrak


KERAGAMAN MORFOLOGI DAN METABOLIT SEKUDER KUNYIT, TEMULAWAK SERTA TEMU GLENYEH


Oleh :
Zaenab Zakiyyatun Qalbi - H0719192 - Fak. Pertanian

Penggunaan Curcuma soloensis sebagai campuran kunyit dan temulawak dianggap merugikan konsumen tanaman obat. Kejadian ini terjadi karena kurangnya informasi mengenai karakter dan kandungan kunyit, kunyit jawa dan Curcuma soloensis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik morfologi, genetik dan gizi kunyit, temulawak dan Curcuma soloensis. Budidaya dilakukan di Kecamatan Pucangsawit Surakarta serta uji laboratorium dilakukan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman Universitas Gadjah Mada dan laboratorium Universitas Andalas pada bulan April 2022 – Februari 2023. Metode karakterisasi morfologi tanaman dari rimpang yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Amplifikasi menggunakan primer SRAP Me4-Em8, Me4-Em9, Me4-Em10, Me5-Em8, Me5-Em9. Analisis GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada temulawak, kunyit jawa dan Curcuma soloensis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan morfologi kunyit, kunyit jawa dan Curcuma soloensis terdapat pada rimpang, daun dan bunga. Keanekaragaman genetik kunyit, kunyit jawa dan Curcuma soloensis tergolong sedang, dengan glenyeh lebih mirip kunyit dibandingkan kunyit jawa. Kunyit dan temu Curcuma soloensis kesamaan kandungan senyawa utama beta-turmerone dan alpha-turmerone sedangkan temu glenyeh dan kunyit jawa memiliki kesamaan kandungan senyawa utama benzene