Latar Belakang: Frekuensi merokok elektronik yang lebih sering dan waktu paparan
dengan rongga hidung memiliki risiko lebih tinggi mengalami iritasi. Hal ini menjadi
awal terjadinya inflamasi yang dimediasi oleh IgE yang terinduksi oleh paparan allergen
pada perokok elektronik di Surakarta. Perokok elektronik di Surakarta minimal merokok
sekali dalam satu bulan sehingga mempunyai faktor risiko mengalami rinitis alergi. Oleh
sebab itu, penulis merasa perlu mengetahui hubungan frekuensi merokok elektronik
dengan gejala rinitis alergi pada perokok elektronik di Surakarta.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross-sectional study. Subjek dalam penelitian ini adalah perokok elektronik di
Surakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah
sampel yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 76 orang. Data yang didapatkan
dianalisis menggunakan uji Chi-Square.
Hasil: Hasil analisis menunjukkan P-Value untuk frekuensi merokok elektronik dalam
satu bulan adalah 0,533, untuk frekuensi hisapan/puff merokok elektronik dalam satu
periode adalah 0,535, untuk frekuensi rangkaian/peride merokok elektronik dalam satu
hari adalah 0,137.