Banyak perusahaan yang sudah melakukan aktivitas refurbishing untuk berbagai produk, contohnya elektronik. Refurbishing adalah proses pengolahan produk bekas pakai menjadi produk dengan kualitas seperti produk baru. Refurbishing dapat dilakukan sendiri oleh produsen (in-house) atau produsen melimpahkan proses refurbishing ke produsen lainnya (outsourcing). Produk yang diproduksi memiliki desain interchangeability. Produk dengan desain interchangeability adalah produk yang dapat digunakan untuk menggantikan produk sejenisnya dengan fungsi yang sama.
Tujuan penelitian ini untuk mengkonstruksikan model refurbishing in-house dan model refurbishing outsourcing, menentukan penyelesaian optimum, menganalisis, serta penerapannya sehingga diperoleh keuntungan optimum serta perbandingan antara model refurbishing in-house dan model refurbishing outsourcing. Digunakan optimasi fungsi multivariabel untuk mendapatkan keuntungan optimum.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah model refurbishing in-house dan refurbishing outsourcing serta penyelesaian optimumnya. Dilihat dari hasil produksi optimumnya, produsen yang melakukan refurbishing in-house memilih derajat interchangeability yang lebih tinggi serta memproduksi lebih banyak produk baru. Berdasarkan keuntungan ekonomi, produsen yang melakukan refurbishing in-house mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada refurbishing outsourcing. Dilihat dari kelestarian lingkungan, refurbishing outsourcing lebih ramah lingkungan dibandingkan refurbishing in-house. Berdasarkan penerapan kedua model, keuntungan optimum bagi produsen yang melakukan refurbishing in-house adalah $510845.4. Keuntungan optimum bagi produsen yang melakukan refurbishing outsourcing adalah $50937.3 dan keuntungan optimum bagi pihak ketiga adalah $25561.2.