;
Tujuan: Menganalisis hubungan antara PCX urin dengan RAKU pada pasien DM tipe 2.
Metode: Analitik observasional secara cross sectional, bulan Januari-April 2023. Delapan puluh subjek DM tipe 2 yang melakukan pemeriksaan di laboratorium klinik utama di Surakarta dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi terdaftar. Data dianalisis untuk mengetahui korelasi PCX urin dengan RAKU dan odds ratio masing-masing variabel, dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil; Sebanyak 41 subjek (51,25%) mengalami peningkatan RAKU ?30 mg/g dan 39 subjek (48,75%) tidak mengalami peningkatan RAKU. Durasi DM, hipertensi, kadar HbA1c, ureum serum, dan PCX urin berbeda bermakna (p=0,005; 0,001; 0,012; 0,030; 0,010). Kadar PCX urin berkorelasi dengan RAKU (r=0,4 p<0>Cut-off PCX urin 1,275 µg/g dengan sensitivitas 61?n spesifisitas 64,1%. Kontrol glikemik, hipertensi, dan PCX urin mempunyai adjusted OR masing-masing 3,107 (IK95% 0,885-10,908; p=0,077); 4,559 (IK 95% 1,680-12,372; p=0,003); dan 3,762 (IK 95% 1,261-11,225; p=0,018).
Simpulan dan Saran: PCX urin berkorelasi signifikan dengan RAKU. Kadar PCX urin ?1,275 µg/g dapat berperan sebagai prediktor independen kejadian peningkatan RAKU ?30 mg/g pada pasien DM tipe 2. Penelitian lanjutan yang berfokus pada stadium awal DN perlu dilakukan pada beberapa center pemeriksaan dengan mengambil 2 sampel untuk pemeriksaan RAKU terpaut waktu minimal 3 bulan, turut menilai efek terapi protektif dan toksik terhadap ginjal.