;

Abstrak


Kearifan Lokal " Satu Tungku Tiga Batu" dalam penanggulangan stunting di Kabupaten Fakfak: Kajian Kolaborasi Tokoh Pemerintah, Adat dan Agama


Oleh :
Heti Marini - S242108003 - Fak. ISIP

Kabupaten Fakfak memiliki tingkat prevalensi stunting yang tinggi, yaitu sebesar 26%. Dibutuhkan solusi kerja sama yang efektif antara pemerintah dengan masyarakat dalam bentuk kolaborasi dalam penanggulangan stunting guna mencegah penyebab stunting secara menyeluruh. Sedangkan, penanggulangan stunting yang ada di Kabupaten Fakfak belum melibatkan masyarakat secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kolaborasi antara tokoh pemerintah, adat, dan agama serta mengetahui pendukung dan hambatan dalam proses kolaborasi Satu Tungku Tiga Batu. Teori yang diterapkan yaitu collaborative governance. Metode penelitian dilakukan dengan jenis kualitatif pendekatan studi fenomenologi. Dengan Teknik Pengambilan informan dilakukan dengan purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, FGD dan observasi serta didukung dengan data sekunder berupa studi komentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan model analisis Miles and Huberman, 2014, Validitas data menggunakan triangulasi metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kolaborasi pendekatan kearifan lokal Satu Tungku Tiga Batu berhasil mempertemukan kepentingan, pendapat, dan keperluan tokoh pemerintah, adat, dan agama dalam rangka penanggulangan stunting pada diskusi tatap muka secara informal yang disebut wewowo dimana semua stakeholder dapat menyampaikan pendapatnya secara terbuka. Proses kolaborasi satu tungku tiga batu dengan face to face dialogue secara informal terbukti mampu membuka proses kolaborasi yang lain. Proses Kolaborasi berhasil membangun kepercayaan melalui sejarah kerja sama positif dan Wewowo. Terbentuk komitmen melalui pengakuan saling ketergantungan, berbagi sumber daya, dan eksplorasi pembangunan tim dalam Wewowo. Terjadi pemahaman bersama sebagai makhluk sosial yang harus bekerjasama, saling tolong menolong dalam penanggulan stunting dengan cara berkolaborasi antar ketiga tokoh. Intermediate outcomes terlihat dari perjanjian tertulis antara masing-masing stakeholder. Pendukung kolaborasi terdiri dari kesadaran aktor kolaborasi dan sejarah hubungan kerja sama positif. Hambatan dalam kolaborasi ini terdiri dari asimetri kekuatan dan belum adanya desain institusional. Kepemimpinan fasilitatif memastikan partisipasi aktif dan kolaborasi dari setiap stakeholders, serta memfasilitasi kegiatan terkait penanggulangan stunting, serta leading atau pimpinan tertinggi dari kolaborasi ini dipegang oleh pemerintah.