Abstrak


Kinerja Perempuan Wirausaha UMKM Makanan Khas Cirebon


Oleh :
Sari Laelatul Qodriah - T621608001 - Sekolah Pascasarjana

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menjadi tantangan bagi para pelaku UMKM khususnya perempuan untuk meningkatkan inovasi dan kemampuan teknologi informasi guna menghadapi persaingan dengan para Competitor baik tingkat nasional, regional maupun global. Keberadaan perempuan wirausaha dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah  (UMKM) adalah realitas kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia. Peran Perempuan pelaku usaha mikro dalam perekonomian Indonesia lambat laun ternyata menjadi “penjaga gawang” perekonomian rakyat. Data kepemilikan UMKM menunjukkan secara rinci bahwa sebanyak 44,29% usaha mikro dikelola oleh perempuan, dengan demikian pula sektor usaha kecil sebanyak 10,28% (BPS, 2005 dalam Hawik, 2016). Berdasarkan data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Cirebon  bahwa pertumbuhan dan ketahanan perempuan UMKM pada tahun 2015 mengalami peningkatan 2,86?n tahun 2018 mencapai 52,61 %, hanya saja UMKM yang naik kelas persentasenya lebih sedikit dibandingkan pertumbuhannya. Oleh karena itu sangat menarik untuk meneliti kinerja perempuan wirausaha UMKM ditengah keterbatasan permasalahan dan tantangan yang dihadapinya. Cirebon memiliki keunggulan tersendiri, selain sebagai kota transit bagi masyarakat yang bepergian, kota ini menjadi tujuan wisata dan bisnis. Wisata yang banyak digemari dan dicari oleh wisatawan adalah wisata makanan khas dengan yang banyak digemari dan dicari oleh wisatawan, makanan khas Cirebon dikenal dengan nama empal gentong, sega jamblang dan nasi lengko. UMKM di Kota dan Kabupaten Cirebon memiliki sebaran bidang usaha yang paling dominan pada usaha industri makanan. Berkembangnya sektor tersebut akibat dari tumbuh pesatnya Cirebon sebagai tujuan wisata batik dan makanan khas Cirebon. Makanan yang menjadi khas dan menjadi ikon Cirebon yaitu Empal Gentong, Sega Jamblang, dan Nasi Lengko.
Berdasarkan pertumbuhan permintaan akan makanan khas Cirebon ini akan menarik untuk dianalisis kinerja UMKM dilihat dari faktor sumber daya manusianya, hal ini sangat penting karena peranan faktor individu sangat menentukan keberhasilan kinerja perempuan wirausaha. Kemampuan inovasi UMKM juga sangat penting dalam meningkatkan kinerja UMKM, namun kemampuan inovasi sangat tergantung pada pengetahuan sumber daya yang dimiliki UMKM. Modal intelektual sangat penting untuk memfasilitasi proses inovasi dan meningkatkan kemampuan inovasi. Kemampuan inovasi bergantung pada pengetahuan yang memungkinkan organisasi meningkatkan atau mengembangkan teknologi baru.
Hasil survey awal menunjukkan bahwa perempuan wirausaha UMKM  makanan khas Cirebon memiliki keterbatasan pengetahuan manajemen, oleh karena itu dukungan dari para profesional yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sangat membantu UMKM untuk berkembang. Dukungan profesional sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan atau asistensi, memberikan nasehat untuk usaha, mengembangkan jaringan bisnis dan akses ke industri perbankan. Faktor lain yang menjadi rendahnya keberlanjutan adalah kemampuan inovasi pelaku UMKM di Cirebon. Umumnya pelaku UMKM makanan khas di Cirebon kurang berinovasi dalam menjual produknya. Untuk mempersiapkan pertumbuhan dan persaingan pasar maka dibutuhkan kemampuan berinovasi para pengusaha makanan khas ini. Kemampuan inovasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki para pengusaha makanan khas Cirebon dalam mengembangkan inovasi di perusahaannya dengan fokus pada pelanggan, fokus pada pemasaran dan fokus pada teknologi.
Para pengusaha dalam pencapaian keberhasilan usaha harus melandasi proses kewirausahaannya dengan memantau kemampuan individu dan lingkungan eksternal yang akan mempengaruhi kesuksesan usahanya. Adanya keterbatasan pengetahuan dan keterampilan menyebabkan pelaku UMKM makanan khas Cirebon mengalami kesulitan dalam menjalankan strategi usahanya. Untuk mendorong usaha makanan khas Cirebon dibutuhkan orientasi strategi yang merupakan arah strategis perusahaan dalam menciptakan kinerja superior dengan mengarah pada orientasi pasar, orientasi teknologi dan orientasi pembelajaran. Orientasi strategis merupakan sumberdaya organisasi yang dapat meningkatkan keberhasikan usaha dan kemampuan dinamis yang merupakan kemampuan usaha untuk mengintegrasikan membangun kompetensi internal dan eksternal.
Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya kemampuan usaha atau keberlanjutan usaha pelaku UMKM makanan khas Cirebon adalah sumber daya manusianya atau modal manusia. Hal ini disebabkan tingkat pendidikan yang rendah dan pengalaman berwirausaha sebelumnya yang kurang mendukung, sehingga kemampuan untuk mengelola perusahaan juga rendah. Modal manusia yang dimiliki UMKM sangat mempengaruhi kinerja perusahaan, dengan memiliki modal manusia yang berkualitas, UMKM dapat memberikan layanan yang baik kepada konsumennya. Untuk meningkatkan kinerja UMKM, lingkungan internal juga sangat berpengaruh, khususnya motivasi kerja dalam menjalankan usahanya. Motivasi merupakan keinginan dan tujuan yang ingin dicapai oleh pengusaha. Motivasi pengusaha dapat berupa keinginan menjadi bos, pengembangan pribadi dan menemukan tantangan dan kesejahteraan. Adanya motivasi yang kuat tersebut dapat mendorong pengusaha untuk meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh, dukungan profesional, orientasi strategi, modal manusia, motivasi kerja dan kemampuan inovasi  terhadap kinerja perempuan wirausaha UMKM di bidang makanan khas Cirebon dan merumuskan model pemberdayaan kinerja perempuan pengusaha UMKM makanan khas Cirebon.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Cirebon yaitu Kota dan Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan sejak dibukanya akses tol Cipali kota Cirebon menjadi kota tujuan kuliner dari berbagai luar kota sehingga perkembangan UMKM di bidang makanan khas kota Cirebon mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2020 sampai dengan Maret 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan wirausaha UMKM makanan khas kota Cirebon, jumlah perempuan wirausaha UMKM di wilayah Cirebon berjumlah 149 orang.  Perempuan wirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemilik usaha makanan khas Cirebon terdiri makanan Empal Gentong, Nasi Jamblang dan Nasi Lengko, tahun 2019 yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan perdagangan daerah Cirebon. Teknik pengambilan sampel menggunakan sensus.
Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kinerja perempuan wirausaha, variabel independennya adalah dukungan profesional, orientasi strategi,  modal manusia dan  motivasi, sedangkan variabel intervening adalah kemampuan inovasi. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis jalur (Path Analysis).
Hasil analisis univariate diperoleh nilai rata-rata sub variabel dukungan profesional yang meliputi asistensi (9,99), penasehat pribadi (6,85), jaringan bisnis (6,68), dan akses permodalan (6,75). Hal ini menunjukkan bahwa dukungan profesional terhadap para perempuan wirausaha UMKM masih rendah, khususnya pada jaringan bisnis dan akses permodalan. Pada sub variabel orientasi strategi diperoleh nilai rata-rata untuk orientasi pasar (22,01), orientasi teknologi (31,23), dan orientasi pembelajaran (32,66). Hal ini menunjukkan bahwa orientasi strategi para perempuan wirausaha UMKM makanan khas Cirebon sudah cukup baik, hanya sedikit rendah pada orientasi teknologi.
Nilai rata-rata pada sub variabel modal manusia yang meliputi pendidikan (7,07), pengalaman (6,43), keterampilan (6,44), manajerial (6,91), pengelolaan keuangan (7,15), dan pengelolaan SDM (10,24). Hal ini menunjukkan bahwa modal manusia yang dimiliki perempuan wirausaha UMKM makanan khas Cirebon sudah cukup baik, nilai yang masih rendah ada pada pendidikan, kemampuan manajerial, dan pengelolaan SDM. Nilai rata-rata sub variabel motivasi meliputi tujuan diri (4,34), pengembangan diri (7,77), dan kesejahteraan (4,03). Hal ini menunjukkan bahwa motivasi para perempuan wirausaha UMKM makanan khas Cirebon sudah tinggi, khususnya motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan.
Sub variabel kemampuan inovasi yang terdiri dari inovasi individu memiliki nilai rata-rata sebesar 11,27, inovasi kelompok (6,91), dan inovasi manajemen (6,68). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan inovasi para perempuan wirausaha UMKM makanan khas Cirebon sudah cukup baik, khususnya pada inovasi individu dan kelompok, sedangkan pada inovasi manajemen masih agak rendah. Nilai rata-rata sub variabel kinerja yang teridiri dari penjualan dan keuntungan (14,90), produk dan layanan baru (18,81), ketahanan usaha (11,09), dan investasi (10,37). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perempuan wirausaha UMKM makanan khas Cirebon sudah cukup baik, namun untuk penjualan dan keuntungan, dan ketahanan usaha masih rendah.
Hasil analisis jalur menyatakan bahwa ada pengaruh langsung yang signifikan orientasi strategi (0,000), dan modal manusia (0,023) terhadap kemampuan inovasi. Sedangkan dukungan profesional (0,991) dan motivasi (0,704) tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan inovasi. Hasil analisis jalur juga menunjukkan bahwa modal manusia (0,013), motivasi (0,000), dan kemampuan inovasi (0,006) berpengaruh signifikan terhadap kinerja perempuan wirausaha UMKM makanan khas Cirebon, sedangkan dukungan profesional dan orientasi strategis tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa orientasi strategis berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja UMKM makanan khas di Cirebon. Rumusan model pemberdayaan peningkatan kinerja wirausaha perempuan makanan khas Cirebon yang harus dilakukan berdasarkan penelitian ini adalah dengan memperhatikan modal manusia, motivasi kerja, dan orientasi strategis. Selain itu harus pula memperhatikan kemampuan inovasi yang dimiliki oleh wirausaha perempuan, karena kemampuan inovasi merupakan kemampuan UMKM untuk mengembangkan inovasi di usahanya, baik secara individu, kelompok atau manajemennya sehingga memperoleh keunggulan bersaing sehingga dapat meningkatkan kinerja usahanya.
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu kemungkinan kesalahan peneliti dalam memberikan pertanyaan sehingga kurangnya pemahaman responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, kemungkinan terjadinya subjektivitas responden dalam mengisi kuesioner merupakan hal yang berada di luar jangkauan peneliti untuk mengontrolnya, dan penelitian ini tidak dapat mengukur kinerja usaha dari sisi keuangan dikarenakan sebagian besar pengusaha tidak memiliki catatan keuangan yang jelas dan baik.