;

Abstrak


Model Manajemen Stres pada Caregiver pasien anak dengan diabetes melitus tipe 1: sebuah studi kasus


Oleh :
Zikrina Istifarani - S571908010 - Fak. Kedokteran

Latar belakang : Pengobatan pada DMT-1 merupakan hal yang rutin dan kompleks (pemakaian insulin, pemantauan glukosa, pengaturan makanan dan aktifitas fisik) sehingga dapat meningkatkan risiko masalah kejiwaan pada caregiver maupun anak yang dirawat. Studi menggambarkan bahwa pengasuhan orang tua sebagai caregiver akan memengaruhi kesejahteraan dan kepatuhan pengobatan anak mereka. Tatalaksana non-psikofarmakologi untuk manajemen stres seperti psikoterapi dapat mengurangi stres dan efektif terkait dengan kesehatan mental. Terapi non-psikofarmakologi baru dalam manajemen stres dari World Health Organization/WHO mendasari penulis ingin mengetahui model pemberian manajemen stres pada caregiver pasien anak dengan DMT-1 untuk mengelola stres agar tidak berdampak pada kesehatan mental dan fisik individu, anak dan anggota keluarga lain.

Tujuan : Mendapatkan model dan menilai keefektifan hasil manajemen stres pada caregiver pasien anak dengan Diabetes Melitus Tipe 1 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Metode : Studi kasus dengan subjek penelitian caregiver pasien anak dengan Diabetes Melitus Tipe 1 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta berjumlah delapan orang. Sampel dipilih dengan purposive sampling. Manajemen stres yang digunakan menggunakan panduan manajemen stres WHO berupa grounding, unhooking, acting on your value, being kind, making room. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumen. Data direduksi, dikategori, dan disintesis. Data dianalisis dengan metode model perbandingan tetap (Constant Comparative Method) menurut Glaser dan Strauss.

Hasil : Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi stres maupun keberhasilan terapi manajemen stres yaitu faktor risiko individu (riwayat gangguan jiwa, coping maladaptive, pengetahun rendah, kondisi fisik dan temperamen sulit), faktor protektif inidividu (pendidikan tinggi, coping adaptif, kemampuan bersosial, temperamen mudah), faktor risiko sosio budaya (stigma, budaya ke paranormal, budaya tanggung jawab perawatan), faktor protektif lingkungan (dukungan kelompok maupun dukungan keluarga), stresor lain (konflik pasangan, ekonomi buruk, tugas caregiver) serta faktor anak dengan DMT-1 yang dirawat (penyakit komorbid, keparahan penyakit, usia dan jenis kelamin serta temperamen anak).  Model manajemen stres memakai panduan WHO pada caregiver pasien anak dengan DMT-1 diberikan melalui pemberian modul, audio, ceramah, diskusi dan latihan sebanyak empat sesi, satu sesi tiap dua minggu selama 60-90 menit. Keefektifan penerapan manajemen stres tersebut terbukti bermanfaat dengan hasil satu subjek autonomy, empat subjek transference cure dan tiga subjek social control.

Simpulan : Manajemen stres memakai panduan WHO dinilai bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan stres dan DMT-1, memperbaiki tingkat, gejala, dan respons/coping terhadap stres.