Abstrak


Prajurit Kesultanan Deli 1823-1946


Oleh :
Andhar Andrianto - B0418004 - Fak. Ilmu Budaya

Prajurit Kesultanan Deli merupakan instrumen pertahanan Kesultanan Deli yang mengabdikan diri untuk melindungi dan mengamankan wilayah dari Sultan. Penelitian ini bertujuan yang pertama untuk mengetahui bagaimana awal berdirinya Kesultanan Deli begitu juga dengan struktur birokrasi pemerintahan di dalamnya. Kedua mengetahui bagaimana profil milik prajurit Kesultanan Deli baik dari sistem keorganisasian, fungsi maupun dari atribut kelengkapan seperti senjata dan pakaian dinas prajurit. Ketiga mengetahui peran prajurit Kesultanan Deli sejak tahun 1823 hingga terjadinya revolusi sosial Sumatera Timur tahun 1946 mengakhiri eksistensi kekuatan politik Kesultanan Deli.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis yang terdiri dari empat tahapan, yakni Heuristik (pengumpulan sumber), Kritik sumber (Verifikasi), Interpretasi, dan Historiografi. Dalam karya tulis ini digunakan beberapa sumber lisan dan tulisan di mana sumber tulisan ialah surat kabar sezaman De Sumatra Post dan sebuah jurnal perjalanan John Anderson. Wawancara turut dilakukan kepada bangsawan Deli Deli yaitu Haji Abdul Hay dan Rafii Abdhy sebagai Bentara dari kesultanan Deli yang merupakan keturunan dari prajurit Kesultanan Deli juga turut Tengku Moharsyah Nazmi yang secara tradisional menjabat sebagai utusan luar negeri.
Hasil penelitian menunjukan kalau peran Prajurit dalam Kesultanan Deli sangatlah vital terutama ketika terjadinya konflik. Prajurit Kesultanan Deli telah menjadi kekuatan guna mengamankan kekuasaan sultan baik dari wilayah maupun kestabilan politik. Sultan merupakan faktor utama dalam pemerintahan dan militer di Kesultanan Deli di mana birokrasi kesultanan berpusat padanya. Dalam dunia kemiliteran sultan juga masih merupakan titik sentral di mana prajurit memberikan kesetiannya. Sultan merupakan simbol militer kesultanan itu sendiri di mana sultan yang lemah akan berakibat pada melemahnya wibawa prajurit kerajaannya. Disisi lain militer juga sangatlah membantu sultan dalam membangun legitimasi kekuasaanya di mana militer ia gunakan sebagai alat untuk mengamankan kekuasaan. Prajurit Deli dalam perjalannanya tak hanya melibatkan pria melainkan juga wanita. Selain pertahanan prajurit Deli juga dilibatkan dalam upacara-upacara tertentu guna mempertahankan legitimasi sultan. Di dalam perannya di bidang pertahanan, prajurit Deli telah beberapa kali melakukan peperangan dengan pemberontak maupun musuh diluar kerajaan. Perannya yang vital terlihat saat prajurit Deli menjadi pasif ketika terjadinya peristiwa revolusi sosial di Sumatera Timur tahun 1946 yang mengakhiri eksistensi politik dan militer Kesultanan Deli.