Sektor transportasi saat ini mulai beralih dari menggunakan bahan bakar fosil ke energi listrik yang lebih ramah lingkungan karena sektor ini terbanyak menyumbang emisi gas rumah kaca. Perkembangan kendaraan listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat di Indonesia. Kendaraan listrik memiliki kelemahan antara lain baterai atau penyimpanan energi listrik sebelum digunakan untuk menggerakkan kendaraan. Salah satu kelemahan baterai kendaraan listrik adalah suhu yang meningkat saat kendaraan sedang digunakan. Kenaikan suhu ini menyebabkan panas berlebih dari waktu ke waktu. Indonesia merupakan salah satu negara dengan iklim tropis, oleh karena itu suhu lingkungan di Indonesia biasanya tinggi, terutama pada musim kemarau. Suhu yang tinggi ini menyebabkan baterai kendaraan listrik sedikit memanas saat dikendarai. Salah satu cara untuk mengurangi panas baterai kendaraan listrik adalah dengan menambahkan pendingin baterai berbasis udara dengan kipas dan peltier, karena pendingin kipas dan peltier adalah salah satu pendingin berbasis udara terbaik. Dalam penelitian ini dilakukan perancangan dan analisa pengaruh sistem pendinginan berbasis termoelektrik pada proses discharging terhadap baterai kendaraan listrik. Dilakukan pengujian dengan variasi c-rate 0,5C, 0,75C, dan 1C, serta dimonitoring hasil pengujiannya secara IoT dengan Blynk Cloud. Dengan hasil pengujian discharge didapatkan suhu rata-rata pada variasi c-rate 0,5C sebesar 36,48ºC, suhu rata-rata pada variasi c-rate 0,75C sebesar 41,28ºC, dan suhu rata-rata pada variasi c-rate 1C sebesar 44,92ºC. Hasil pengujian discharge dengan sistem pendingin mengalami penurunan suhu sebesar 4ºC sekitar 10,96% untuk variasi c-rate 0,5C, 5ºC sekitar 11,38% untuk variasi c-rate 0,75C, dan 6ºC sekitar 13,36% untuk variasi c-rate 1C.