;

Abstrak


KAJIAN TERJEMAHAN TUTURAN PERISTIWA ROMANTIS PADA SERIAL DRAMA SEX EDUCATION


Oleh :
Merli Santri - S172108006 - Fak. Ilmu Budaya

Penelitian ini memiliki lima tujuan yakni mengidentifikasi jenis romantis yang dituturkan oleh tokoh pada serial drama Sex Education, mengklasifikasikan jenis tindak tutur dan subtindak tutur yang digunakan ketika menuturkan tuturan romantis, menganalisis dampak penerapan teknik tersebut terhadap pergeseran pragmatik, dan menilai kualitas terjemahan pada aspek keakuratan, keberterimaan, serta keterbacaan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan studi kasus ganda. Lokasi penelitian ini yakni serial drama yang mengangkat tema peristiwa romantis di Netflix. Sumber data penelitian ini adalah subtitle serial drama yang berjudul Sex Education Season. Data penelitian ini berupa data primer yang terdiri dari data linguistik dan data penerjemahan. Data linguistik berupa tuturan romantis dalam serial drama Sex Education Season yang diperoleh melalui analisis dokumen sedangkan data penerjemahan diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD). Peneliti menggunakan teknik sampling untuk memperoleh sumber data. Selanjutnya, analisis data dilakukan melalui empat tahap yaitu analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema budaya. Dalam tuturan peristiwa romantis pada serial drama Sex Education ditemukan sebanyak 200 data  yang diklasifikasikan sebagai tuturan romantis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat jenis romantis yang diungkapkan melalui bahasa cinta yang dimiliki oleh setiap tokoh yang ada pada serial drama Sex Education. Empat jenis romantis bahasa cinta tersebut terdiri atas word of affirmation, quality time, act of service, dan physical touch. Terdapat empat jenis tindak tutur yang ditemukan dalam penelitian ini yang terdiri atas jenis tindak tutur ekspresif, asertif, direktif dan komisif. Pada tindak tutur ekspresif terdapat 5 subtindak tutur, tindak tutur asertif terdapat 6 subtindak tutur, tindak tutur direktif terdapat 6 subtindak tutur, dan tindak tutur komisif terdapat 3 subtindak tutur. Terdapat 14 teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah yang terdiri atas padanan lazim, variasi, implisitasi, eksplisitasi, modulasi, reduksi, parafrase, reduksi, peminjaman murni, transposisi, harfiah, kompresi linguistik, partikularisasi, adaptasi, dan adisi. Teknik penerjemahan yang paling banyak digunakan yaitu teknik penerjemahan Padanan lazim, variasi, implisitasi. Hanya ditemukan satu pergeseran dalam penerjemahan pada penelitian ini. Terakhir, rata-rata kualitas terjemahanya yaitu 2,9. Kualitas terjemahan tidak dapat mencapai sempurna karena disebabkan oleh teknik penerjemahan reduksi, dan harfiah yang menyebabkan berkurangnya nilai keakuratan dan keberterimaan.