Maraknya kekerasan seksual dan belum adanya wadah sebagai ruang aman bagi perempuan untuk berekspresi memicu kelompok tertentu untuk melakukan gerakan sosial. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesetaraan gender dipicu oleh budaya patriarki yang melekat pada sistem masyarakat. Oleh karenanya timbul perlakukan yang dinilai merugikan bagi para perempuan. Karena inilah para aktivis perempuan muda melakukan gerakan sosial melalui kelompok komunitas untuk menciptakan kesetaraan gender dan melawan kekerasan seksual. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus pada komunitas Girl Up UNS. Adapun dalam pemilihan informan penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan permasalahan terkait. Melalui metode penelitian yang bersifat deskriptifanalisis dengan mengumpulkan data primer dan sekunder meliputi buku dan jurnal yang berkaitan dengan tema yang diambil dan dengan teori Gerakan sosial baru Jurgen Habermas dan Teori Identitas Henri Tajfel. Dari data yang didapat kemudian dianalisis dengan tiga pokok bahasan yaitu: Sejarah & latar belakang komunitas, identitas, dan gerakan sosial komunitas Girl Up UNS. Hasil dari penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa latar belakang terbentuknya Girl Up UNS berangkat dari keresahan dan ideologi yang sama dengan identitas feminisme interseksionalis sehingga terbentuk komunitas dengan tujuan kesetaraan gender dan melawan kekerasan seksual yang merugikan perempuan dengan gerakan sosial. Komunitas Girl Up UNS merupakan organisasi penting sebagai sumber identitas yang kuat bagi konstituen gerakan, lawan gerakan, dan masyarakat umum yang bersikap netral bagi orang-orang yang berkomitmen pada suatu tujuan yang sama yaitu menciptakan ruang aman bagi para perempuan untuk memperjuangkan hak nya.
