Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Data dari penelitian ini menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien. Sampel dikumpulkan dengan teknik consecutive sampling, dimana setiap subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan dipilih hingga jumlah sampel memenuhi besaran minimal sampel yang telah ditentukan. Selain itu, pada penelitian ini dilakukan juga uji regresi linear untuk melihat kemampuan HbA1c dalam memprediksikan TIO.
Hasil: Didapatkan sampel sejumlah 56 subjek. Mayoritas sampel berkelamin perempuan (67.9%). Separuh diagnosis subjek penelitian adalah non-proliferative diabetic retinopathy (NPDR) (50%). Selain itu, subjek penelitian ini memiliki rerata usia 55,72 ± 12,89; HbA1c 8,84 ± 1,82; dan TIO 16,96 ± 3,63. Dari uji korelasi pearson menunjukkan hubungan yang bermakna antara HbA1c dengan TIO (p=0,000) dengan koefisien korelasi (r) didapatkan nilai 0,537 yang menunjukkan hubungan kuat. Uji regresi linier HbA1c dan tekanan intraokular menunjukkan kemampuan HbA1c dalam menjelaskan TIO sebesar 27.5?ngan koefisien regresi 0,537 yang menunjukkan adanya regresi positif kuat.
Simpulan: Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara HbA1c dengan TIO dengan korelasi kuat (r=0,537; p=0,000). HbA1c juga memiliki kemampuan sebesar 27.5?lam menjelaskan TIO dengan koefisien regresi 0.537 yang menunjukkan adanya regresi positif kuat.