Abstrak


KETIDAKSADARAN PENGARANG DALAM NOVEL ATHALA (2017) KARYA MAHARANI SUCI AYU: Tinjauan Psikologi Sastra Sigmund Freud


Oleh :
Inda Dwi Nuraini - B0217067 - Fak. Ilmu Budaya

Penelitian ini meneliti tentang representasi kejiwaan pengarang dalam novel Athala (2017) karya Maharani Suci Ayu menggunakan teori psikologi sastra Sigmund Freud. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini meliputi (1) bagaimana psikobiografi Maharani Suci Ayu, (2) bagaimana kondensasi, pengalihan, dan simbolisasi dalam novel Athala (2017), dan (3) bagaimana representasi ketidaksadaran pengarang yang tercermin dalam novel Athala (2017.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui dan memahami psikobiografi Maharani Suci Ayu, (2) menyajikan wujud-wujud kondensasi, pengalihan, dan simbolisasi dalam novel Athala (2017), dan  (3) mengetahui dan menyimpulkan representasi ketidaksadaran pengarang dalam novel Athala (2017).

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk deskripsi interpretasi data. Objek material dalam penelitian ini adalah novel Athala (2017) karya Maharani dan objek formal dalam penelitian ini adalah berupa kejiwaan dan ketidaksadaran Maharani yang terepresentasi melalui bahasa dalam novel Athala (2017).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka dan teknik wawancara. Teknik analisis data yang terkumpul kemudian diklasifikasikan dan dianalisis menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini mengumpulkan data kemudian menginterpretasikannya.

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah melalui bahasa metafora dan metonimi yang dituangkan dalam bentuk kondensasi, pengalihan, dan simbolisasi dalam novel Athala (2017) yang merepresentasikan kejiwaan dan ketidaksadaran Maharani dan hasrat terpendam yang dimilikinya.

Hasrat tersembunyi yang dimiliki Maharani berasal dari pengalaman pahit yang pernah dialaminya di masa lalu yaitu perceraian kedua orang tuanya. Hal tersebut menyebabkan adanya rasa traumatik dalam diri Maharani dan karena hal tersebut mengakibatkan ia menjadi gemar untuk menulis. Dengan menulis, Maharani bisa mengungkapkan perasaan yang sulit untuk diucapkan melalui sebuah tulisan. Maharani pernah mengalami traumatik akan kedua orang tuanya sehingga novel ini mencerminkan kebangkitan atau semangat baru dalam hidupnya yaitu dengan cara berdamai dan memaafkan yang pernah terjadi pada masa lalunya.