Abstrak


WACANA EKOLOGI GURU MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMK MIGAS CEPU


Oleh :
Moch. Adib Irham Ali - K4416037 - Fak. KIP

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis wacana ekologi dalam visi misi, kurikulum dan RPP Sejarah di SMK Migas Cepu, serta (2) menganalisis pengetahuan wacana ekologi yang dimiliki oleh guru mata pelajaran sejarah di SMK Migas Cepu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data penelitian ini meliputi peristiwa yang mengandung wacana ekologi di SMK Migas Cepu (simbol dan produk hukum sekolah), informan (guru pembelajaran Sejarah di SMK Migas Cepu), dan dokumen (visi-misi, kurikulum, serta RPP Sejarah di SMK Migas Cepu). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi nonpartisipan, analisis dokumen, dan wawancara mendalam (indept interviewing) secara langsung. Teknik uji validitas data yang digunakan adalah trianggulasi sumber dan metode. Analisis data memanfaatkan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, analisis wacana ekologi yang terdapat pada dokumen produk hukum (visi misi, kurikulum dan RPP Sejarah) di SMK Migas Cepu memiliki perbedaan karakteristik. Temuan penelitian mengindikasikan karakteristik eksplisit implementatif, implisit implementatif, serta tidak terfasilitasi. Perbedaan karakteristik tersebut menggambarkan strategi dan konstruksi wacana ekologi pada setiap dokumen yang menjadi produk hukum di SMK Migas Cepu. Kedua, analisis wacana ekologi terhadap guru pembelajaran sejarah di SMK Migas Cepu menghasilkan dua tipologi guru dalam menyikapi wacana ekologi. Dua tipologi guru tersebut adalah guru avan-gardist serta guru konformis. Guru avan-gardist lebih mengakomodasi wacana ekologi melalui berbagai kontruksi kognitif dan modifikasi personal pada materi yang diberikan kepada siswa. Guru konformis tidak mengakomodasi wacana ekologi secara layak dan berlindung dibalik narasi aman ‘keselarasan’ sehingga menghambat diskusi lebih lanjut terkait wacana ekologis.