Abstrak


Peran Editor dalam Proses Produksi Film Dokumeter Satmika Gangsa Adiluhung


Oleh :
Danu Eko Prasetyo - V1120042 - Sekolah Vokasi

Indonesia sebagai negara multikultural memiliki kekayaan budaya yang beragam, namun saat ini eksistensinya semakin terancam akibat dimulainya era globalisasi. Fenomena globalisasi menyebabkan kesenian tradisional daerah tergantikan oleh kesenian modern yang lebih menarik minat masyarakat. Perkembangan kesenian modern yang lebih kekinian mengakibatkan kurangnya kesadaran, rasa memiliki, rasa ingin tahu, dan rasa bangga terhadap budaya sendiri. Hal ini menjadi tantangan dalam menjaga keberlanjutan budaya tradisional Indonesia.

Sebuah film dokumenter berjudul “Satmika Gangsa Adiluhung” merupakan karya audio visual yang mengangkat salah satu produk kebudaya Indonesia berupa alat musik tradisional, yaitu gamelan. Program ini menyajikan informasi tentang proses pembuatan gamelan dan kegiatan ritual yang dilakukan oleh para pengrajin, serta menyampaikan pesan penting mengenai pelestarian kesenian tradisional. Lokasi pembuatan film ini berada di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Penulis fokus pada proses pembuatan gamelan di beberapa tempat produksi sebagai latar utama dalam film dokumenter ini. Pembuatan film dokumenter ini bertujuan untuk menjelaskan secara detail peran, tugas, dan tanggung jawab penulis sebagai editor dalam produksi karya audio visual berupa film dokumenter.

Dalam proses pembuatan film dokumenter “Satmika Gangsa Adiluhung” ini editor memiliki peran yang sangat penting. Editor memilki tanggung jawab terhadap pekerjaan editing seperti memotong shot, menggabungkan gambar, dan menyusun shot sesuai dengan naskah sehingga menghasilkan cerita di dalam film dokumenter. Seorang editor harus memiliki “sense of art” karena editor harus mampu menerapkan unsur kreatif, ketelitian, kecermatan, dan kesabaran dalam melakukan proses editing.

Indonesia, as a multicultural country, possesses a diverse cultural richness. However, its existence is currently facing threats due to the onset of the globalization era. The phenomenon of globalization has led to traditional regional arts being overshadowed by more modern and appealing forms of art. The development of contemporary art has resulted in a lack of awareness, ownership, curiosity, and pride in our own culture. This poses a challenge in preserving the sustainability of Indonesia's traditional culture.

A documentary film titled “Satmika Gangsa Adiluhung” is an audiovisual work that highlights one of Indonesia's cultural products, namely the traditional musical instrument known as gamelan. The program presents information about the process of making gamelan and the ritual activities carried out by the artisans, while conveying an important message regarding the preservation of traditional arts. The film is set in the village of Wirun, Mojolaban District, Sukoharjo Regency. The author focuses on the process of making gamelan in several production locations as the main backdrop of this documentary film. The purpose of creating this documentary film is to provide a detailed explanation of the role, tasks, and responsibilities of the author as the editor in the production of this audiovisual work.

In the process of making the documentary film “Satmika Gangsa Adiluhung”  the editor plays a crucial role. The editor is responsible for editing tasks such as cutting shots, combining images, and arranging shots according to the script, resulting in a coherent narrative within the documentary film. An editor must possess a sense of art as they need to apply creativity, precision, meticulousness, and patience in the editing process.