Abstrak


Pengelolaan Facework dalam Merespon Pertanyaan "Kapan Nikah?"


Oleh :
Nada Nu'ma Azkiya - D0219067 - Fak. ISIP

Budaya tidak hanya sebatas identitas, tetapi juga dapat berupa cara pandang seseorang mengenai suatu hal. Salah satunya mengenai pertanyaan “Kapan nikah?” yang menjadi sebuah fenomena ramai di kalangan masyarakat Indonesia. Tagar #kapannikah menjadi trending di Twitter terutama saat mendekati hari raya. Lewat media sosial lain, orang membagikan berbagai pengalaman mereka saat ditanya kapan nikah. Artikel-artikel di internet juga ikut menuliskan topik pertanyaan “Kapan nikah?” sebagai hal yang menyinggung dan dapat menciptakan konflik sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana seseorang mengelola situasi komunikasinya saat mendapat pertanyaan “Kapan nikah?” dari orang lain.

Penelitian ini menggunakan teori negosiasi wajah untuk menganalisis facework yang digunakan seseorang saat ditanya “Kapan nikah?” dan konsep komunikasi superfisial dari teori penetrasi sosial untuk menganalisis dampak pertanyaan “Kapan nikah?” pada hubungan interpersonal. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi interpretatif. Sumber data diperoleh melalui wawancara dan kajian pustaka. Informan dipilih menggunakan tenik purposive sampling dengan kriteria usia di atas 25 tahun dan belum menikah. Validitas data diuji dengan triangulasi sumber data dan dianalisis menggunakan teknik interaktif Miles dan Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih melihat pernikahan sebagai praktek normatif yang harus dilaksanakan pada waktu ideal. Kelima informan merasa tidak tersinggung ketika ditanya kapan nikah dan menganggapnya sebatas basa-basi untuk membangun percakapan.Dalam menegosiasikan wajahnya, informan sama-sama menerapkan nilai budaya kolektivisme yang menekankan pada kepentingan kelompok. Sebagian besar informan menggunakan lebih dari satu gaya manajemen konflik. Hal ini dapat terjadi karena faktor situasi, relasi, dan kepribadian seseorang. Pertanyaan “Kapan nikah?” dapat menjadi sarana pengembangan hubungan informan ke arah yang lebih intim, tetapi juga dapat merusak hubungan informan lain. Oleh karena itu, pengalaman pertanyaan “Kapan nikah?” dimaknai berbeda oleh tiap orang sesuai dengan kultur yang mereka pegang.