Abstrak


COMMUNITY GOVERNANCE DALAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH


Oleh :
Elsa Febriana - D0119036 - Fak. ISIP

Pemberdayaan merupakan proses pemberian daya, pemandirian (empowering), dan kekuatan agar masyarakat mampu menggali potensi yang dimiliki sebagai alternatif pemecahan masalah dalam pemenuhan kebutuhan secara mandiri dan berkelanjutan. Program pemberdayaan melalui Mpok Sinah Klamben (Kelompok Seni dan Usaha Kecil Menengah Kelurahan Mangkubumen) merupakan salah satu kelurahan yang mendapatkan penghargaan kelurahan terbaik se-Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui Mpok Sinah Klamben menggunakan perspektif Community Governance dalam memanfaatkan modal sosial yang mengintegrasikan teori struktur kelembagaan Mouzelis berdasarkan analisis tingkat mikro, meso, dan makro ke dalam pemberian modal sosial berdasarkan jaringan sosial Wolcock (2000) melalui tahap bonding, bridging, dan linking. Metode penelitian adalah metode deskriptif kualitatif dengan perolehan data melalui wawancara. Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Setelah data diperoleh, pengujian validitas data yang digunakan adalah dengan teknik triangulasi sumber. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan menggunakan model interaktif Miles and Huberman (1984) dimulai dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tingkat mikro, kapabilitas individu sudah dapat dikatakan baik, namun dalam upaya meningkatkan kapasitasnya interaksi tingkat mikro tidak bisa berkembang apabila tidak ada interaksi dengan struktur tingkat meso dan tingkat makro. Dalam analisis level makro memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat mikro dan meso. Sehingga menjadi jelas bahwa mereka tidak dapat berdiri secara mandiri, tetapi saling bergantung satu sama lain. Selanjutnya dalam analisis bonding sudah terlihat bagaimana kapabilitas individu dalam membentuk adanya interaksi, komunikasi, kepercayaan, kepemimpinan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman. Namun yang masih menjadi hambatan adalah individu belum memiliki mindset untuk menjadi pedagang. Rendahnya kapasitas individu dimana individu belum dapat melakukan pelatihan dan minimnya pengetahuan dan pengalaman. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam pembentukan bonding tidak akan maju apabila tidak memiliki interaksi bridging dan linking yang dapat menjangkau interaksi sosial lebih tinggi.