ABSTRAK
Fitri Harumsari. B0119024. 2023. Penanda dan Petanda dalam Adat Keceran Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Di Kota Madiun (Suatu Tinjauan Semiotika) Skripsi: Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: (i) bagaimanakah adat keceran, (ii) apa sajakah ubarampe dalam adat keceran, dan (iii) bagaimanakah makna penanda dan petanda ubarampe dalam adat keceran organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Kota Madiun dengan kajian penanda dan petanda Ferdinand de Saussure dan Roland Barthes. Tujuan penelitian ini yaitu: (i) mendeskripsikan adat keceran, (ii) menyebutkan ubarampe dalam adat keceran, dan (iii) mendeskripsikan makna penanda dan petanda ubarampe dalam adat keceran organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Kota Madiun dengan kajian penanda dan petanda Ferdinand de Saussure dan Roland Barthes.
Penelitian ini berjenis penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa ubarampe dalam adat keceran organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Kota Madiun. Sumber data dalam penelitian ini adalah narasumber, kejadian atau peristiwa dan dokumentasi. Metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan menggunakan model Milles dan Huberman. Metode penyajian analisis data menggunakan metode deskriptif formal dan informal.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu: (i) keceran adalah tradisi untuk pengangkatan dari siswa menjadi saudara atau warga Persaudaraan Setia Hati Terate dengan ditetesi matanya menggunakan air dari rendaman daun sirih, (ii) adat Keceran memiliki beberapa ubarampe (perlengkapan) antara lain kain berwarna putih (mori) yang panjangnya sak dedeg sak pengawe, ayam jago, daun sirih yang temu rose, uang logam dan lain sebagainya, dan (iii) ubarampe (perlengkapan) dalam adat keceran dikaitkan dengan teori penanda dan petanda serta dimaknai secara denotasi dan konotasi menurut Ferdinand de Saussure dan Roland Barthes. Teori tersebut direalisasikan dengan cara nama ubarampe (perlengkapan) dalam adat keceran seperti mori, ayam jago sebagai penanda, sedangkan petandanya adalah gambaran ide atau konsep dari ubarampe (perlengkapan) dalam adat keceran. Teori penanda dan pertanda tersebut apabila dipadukan akan menjadi tanda, dalam hal ini adalat adat keceran.