Abstrak


Perkembangan "Sate Jamu" di Surakarta Pada Tahun 2007-2019


Oleh :
I'im Hanifah - B0416025 - Fak. Ilmu Budaya

I’im Hanifah. B0416025. 2023. Perkembangan “Sate Jamu” di Surakarta Pada Tahun 2007-2019. Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang munculnya “sate jamu” di Surakarta, (2) perkembangan “sate jamu” di Surakarta pada tahun 2007-2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Heuristik, Kritik sumber, Intrepretasi dan Historiografi. Dengan memanfaatkan sumber yang sezaman sebagai sumber primer, penelitian ini menggunakan sumber-sumber wawancara dari pemilik warung olahan daging anjing di Surakarta, studi dokumen berupa data dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Surakarta dan Surat Kabar Solopos. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa awal mula munculnya “sate jamu” pada tahun 1940an yang ditandai dengan adanya seorang penjual olahan daging anjing yang terkenal dengan sebutan Mitro Jologug yang berarti orang yang menjala anjing. Mitro Jologug kemudian menekuni usaha tersebut dan menurunkan pada anak dan cucunya. Usaha olahan daging anjing dapat bertahan karena adanya dukungan dari masyarakat abangan dan nonmuslim. Pada awalnya, pemilik warung menggunakan istilah “sate jamu” untuk hidangan yang mereka jual tetapi pada tahun 2007 istilah tersebut dihapus karena dianggap menyesatkan masyarakat dan beralih menjadi “sate guguk”. Pada perkembangannya, keberadaan warung olahan daging anjing menimbulkan penolakan dan perdebatan dalam masyarakat sehingga pada tahun 2019, warung “sate jamu” mulai berjualan secara tertutup dan tidak menggunakan spanduk yang bertuliskan “sate guguk”. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah keberadaan warung “sate jamu” di Surakarta menimbulkan berbagai respon dari masyarakat yang berpengaruh terhadap perkembangan warung “sate jamu”, meskipun demikian warung “sate jamu”  dapat bertahan hingga tahun 2019.