Penelitian ini dilakukan untuk mendalami fenomena masifnya aktivisme jejaring sosial yang dilakukan oleh penggemar BTS ARMY Indonesia dalam mendukung idolanya, BTS, melalui platform media sosial seperti Twitter, Instagram, YouTube, dan Amino. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bentuk identitas budaya partisipatori dan upaya pergerakan aktivisme jejaring sosial yang terjadi pada digital fandom BTS ARMY Indonesia. Penelitian ini memiliki urgensi penting dalam memahami fenomena ini karena BTS ARMY Indonesia telah menunjukkan komitmen dan dedikasi mereka dalam berkontribusi dalam isu-isu sosial dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan positif melalui aktivisme jejaring sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan etnografi virtual untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan holistik mengenai pengalaman dan interaksi para BTS ARMY Indonesia dalam konteks digital fandom. Teori yang digunakan adalah teori penggemar dengan konsep budaya partisipatori oleh Henry Jenkins, yang membantu dalam memahami peran dan identitas budaya partisipatori para penggemar dalam konteks aktivisme jejaring sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas budaya partisipatori dalam digital fandom BTS ARMY Indonesia terbentuk melalui empat aspek utama, yaitu eksistensi, rutinitas, transformasi, dan identitas ganda. Upaya pergerakan aktivisme jejaring sosial oleh BTS ARMY Indonesia tercermin dalam berbagai bidang seperti donasi, diskusi, pendidikan, lingkungan, dan advokasi. Para penggemar berkolaborasi dalam mencari solusi terhadap isu-isu sosial yang relevan dan mengadvokasi perubahan positif dalam masyarakat. Maka dari itu, identitas budaya partisipatori dalam digital fandom BTS ARMY Indonesia terbentuk melalui afiliasi, ekspresi, pemecahan masalah kolaboratif, dan sirkulasi dalam berbagai upaya pergerakan aktivisme jejaring sosial.