Abstrak


Perilaku Lentur HVFA-SCC Akibat Pembebanan Berkelanjutan dengan Intensitas Beban 75?ri Ultimit Statik


Oleh :
Faza Bagus Fauzan - I0119067 - Fak. Teknik

Perkembangan infrastruktur yang meningkat diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk sehingga produksi beton juga meningkat. Hal ini dapat menyebabkan emisi CO2 mengalami peningkatan. Salah satu solusi untuk mengurangi emisi CO2 dengan menggunakan beton High Volume Fly Ash-Self Compacting Concrete (HVFA-SCC) yang merupakan penggabungan dua jenis beton High Volume Fly Ash (HVFA) dengan Self Compacting Concrete (SCC). Inovasi yang digunakan dalam campuran beton ini dengan mensubtitusi 50% semen menggunakan fly ash. Pada pengaplikasiannya dalam konstruksi mempertimbangkan adanya beban permanen yang bekerja dalam jangka panjang. Pemberian beban secara terus menerus akan mengakibatkan rangkak pada balok. Penelitian mengenai rangkak balok beton HVFA-SCC masih sangat tebatas. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk mengkaji pengaruh rangkak terhadap balok supaya inovasi beton tersebut dapat diterapkan. Penelitian ini menggunakan campuran fly ash sebesar 50% sebagai pengganti semen. Pengujian yang dilakukan berupa pengujian beton segar berdasarkan syarat EFNARC, selain itu dilakukan pengujian kuat tekan, pengujian statik balok, dan pengujian rangkak balok. Pengujian kuat tekan beton menggunakan sampel berbentuk silinder berdiameter 150 mm dengan tinggi 300 mm. Sedangkan benda uji yang digunakan untuk pengujian statik dan pengujian rangkak berukuran 3200 mm × 300 mm × 125 mm. Terdapat dua jenis balok, yaitu balok tanpa tulangan tekan dan balok dengan tulangan tekan. Hasil pengujian eksperimental balok kemudian dimodelkan menggunakan aplikasi ATENA. Mix design beton HVFA-SCC yang dilakukan telah memenuhi syarat beton HVFA dan SCC menurut EFNARC. Kuat tekan beton yang dihasilkan sebesar 31,50 pada umur 28 hari dan 36,48 MPa pada umur 84 hari. Pada pengujian statik balok tanpa tulangan tekan HVFA-SCC terjadi retak pertama saat beban 6 kN dengan lendutan 3,65 mm. Lendutan terus bertambah hingga mencapai beban ultimit sebesar 16,5 kN dengan lendutan 170,31 mm. Balok dengan tulangan tekan saat pengujian statik terjadi retak pertama ketika beban 6 kN dengan lendutan 3,28 mm. Beban maksimum yang dapat ditahan oleh balok sebesar 18 kN dengan lendutan sebesar 279,42 mm. Berdasarkan pola retaknya, reatak terjadi secara vertikal sehingga keruntuhannya dapat diklasifikasikan sebagai keruntuhan lentur. Pengujian rangkak dengan beban 75?ri beban ultimit menghasilkan data berupa hubungan antara defleksi dengan waktu. Pengujian dilakukan selama 4 bulan menghasilkan lendutan pada balok tanpa tulangan tekan 22,656 mm dan rata-rata pertambahan lendutan sebesar 8% sedangkan balok dengan tulangan tekan memiliki lendutan akhir 21,983 mm dan rata-rata pertambahan lendutan 5%. Pemberian tulangan tekan dapat mengurangi efek rangkak pada balok. Pemodelan numerik menggunakan aplikasi ATENA dengan memodelkan pengujian statik dan rangkak. Berdasarkan nilai yang didapatkan sudah mendekati pengujian eksperimental. Oleh karena itu pemodelan numerik dengan ATENA memenuhi verifikasi dari pengujian eksperimental.