Produk komplementer merupakan produk yang penggunaannya dikombinasi dengan produk lain. Jika hanya salah satu produk saja yang digunakan, maka nilai guna produk tersebut menjadi terbatas. Pada proses manufaktur, ada kalanya barang yang diproduksi tidak sempurna karena waktu penggunaan mesin yang lama, kesalahan manusia, dan lain-lain. Barang yang telah diproduksi tersebut kemudian dilakukan inspeksi untuk mengetahui apakah produk tersebut rusak atau tidak. Jika produk tersebut rusak, maka kualitasnya dapat ditingkatkan dengan pengerjaan ulang.
Penelitian ini mengembangkan model persediaan untuk produk komplementer dengan proses pengerjaan ulang. Struktur model persediaan diolah dengan melibatkan dua pelaku yaitu produsen dan konsumen. Model dibangun dari produsen menjual produknya kepada konsumen dengan saluran langsung atau tanpa perantara dan distributor. Struktur model yang dikonstruksikan bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Penentuan harga oleh produsen menggunakan sistem sentralisasi, sehingga diperoleh keuntungan optimalnya. Setelah itu, dilakukan penerapan dan analisis hasil pada model.
Pada penelitian ini, contoh produk komplementer yang sesuai adalah produk tekstil, seperti kain sutra mulberry dan pewarnanya. Produsen menjual kain sutra yang telah diberi warna tersebut kepada konsumen dengan ukuran per meter. Kerusakan yang mungkin terjadi adalah benang pada kain yang mudah putus dan pewarnaan yang tidak merata. Kerusakan pada benang dapat dikerjakan ulang sehingga menjadi produk berkualitas baik, namun jika ada kecacatan pada pewarnaan, maka produk langsung dibuang. Berdasarkan penerapan model, keuntungan optimal untuk produsen bergantung pada harga jual produk dan permintaan. Setelah diperoleh keuntungan optimal, kemudian dilakukan analisis sensitivitas parameter, seperti perubahan tingkat inspeksi, tingkat pengerjaan ulang, dan persentase produk cacat. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perubahan nilai parameter terhadap penurunan ataupun peningkatan keuntungan produsen.