Abstrak


Citra Diri dalam Ekspresi Bertato (Studi Fenomenologi pada Pengguna Tato di “Kampung Pesilat” dalam Perspektif Cermin Diri


Oleh :
Mutiara Dwi Lestari - K8419058 - Fak. KIP

ABSTRAK

Mutiara Dwi Lestari. K8419058. Pembimbing I: Ghufronudin, S.Pd., M.Sos. Pembimbing II: Dr. Danang Purwanto, S.Sos., M.Si. CITRA DIRI DALAM EKSPRESI BERTATO (STUDI FENOMENOLOGI PADA PENGGUNA TATO DI “KAMPUNG PESILAT” DALAM PERSPEKTIF CERMIN DIRI). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2023.

Bertato merupakan sebuah media ekspresi diri, namun pada kenyataannya mendapat pemaknaan yang berbeda di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mengetahui pemaknaan individu terhadap tato serta bagaimana citra diri yang difokuskan pada pengguna tato di “Kampung Pesilat”. Peneliti melakukan wawancara secara mendalam dan observasi langsung kepada informan yang dipilih melalui teknik Purposive Sampling melibatkan 5 pemuda bertato dan 5 non-pengguna tato di Desa Dungus. Validitas data dengan triangulasi sumber data. Data primer yang digunakan berupa hasil wawancara dan data sekunder berupa buku dan studi literature artikel yang kemudian akan dianalisis menggunakan teori Looking Glass Self (Cooley). Berdasarkan penelitian ini, temuan yang didapatkan meliputi: pengguna tato memaknai tato sebagai seni dan ekspresi diri, namun berlainan dengan pemaknaan non-pengguna tato menghasilkan pemaknaan positif dan negatif didasarkan pengalaman pribadinya. Dalam hal ini, ditemukan ada 2 citra diri yang terbentuk bagi pengguna tato di Desa Dungus yaitu positif dan negatif didasarkan pada bagaimana cerminan bayangan pengguna tato atas pandangan orang lain terhadap penampilan tato tersebut yang telah diinterpretasikan dan diyakininya. Citra diri positif membawa kesan kepercayaan diri dan perasaan bangga atas penampilan tato bagi penggunanya. Sementara itu, citra diri negatif membawa perasaan penyesalan atas keputusan bertato diri terlebih adanya stigma yang dikonstruksi masyarakat yang sulit dileburkan.