Persediaan merupakan faktor yang memegang peranan penting untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Persediaan selalu dibutuhkan, dengan adanya sistem pengelolaan persediaan yang baik diharapkan proses produksi dapat berjalan lancar. Untuk dapat mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimal dan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku dalam hal jumlah, mutu dan waktu yang tepat serta biaya persediaan yang minimal, maka diperlukan suatu sistem pengendalian persediaan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah pembelian bahan baku yang optimal, jumlah persediaan pengaman yang harus disediakan oleh perusahaan rokok PT. Djitoe Indonesia Tobako dan untuk mengetahui titik pemesanan kembali.. Sehubungan dengan masalah tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut “ diduga biaya persediaan bahan baku pada perusahaan rokok PT. Djitoe Indonesia Tobako selama ini belum minimal”. Sejalan dengan masalah dan hipotesis tersebut maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan pendekatan studi kasus. Data yang digunakan berupa data jumlah produksi, kebutuhan bahan baku dan data biaya-biaya persediaan. Instrumen pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan dokumen dan telaah pustaka. Analisis data menggunakan teknik analisis EOQ, safety stock, reorder point (Rop), Total Inventory Cost (TIC) dan analisis statistik yaitu standar deviasi. Dengan metode EOQ diketahui bahwa pembelian tembakau yang ekonomis adalah sebesar 42.692 kg (produksi SKT) dan 69.919 kg (produksi SKM), sedangkan pembelian cengkeh yang ekonomis adalah sebesar 7.299 kg (produksi SKT) dan 38.008 kg (produksi SKM). Safety stock untuk tembakau adalah sebesar 1.557 kg (produksi SKT) dan 952,1 kg (produksi SKM), sedangkan safety stock cengkeh adalah sebesar 205,79 kg kg (produksi SKT) dan 446,82 kg (produksi SKM). RoP untuk tembakau adalah 2.754,22 kg (produksi SKT) dan 3.519,9 kg (produksi SKM), RoP cengkeh adalah 388,1 kg (produksi SKT) dan 1.646,82 kg (produksi SKM). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan rokok PT. Djitoe Indonesia Tobako belum minimal biaya persediaan bahan bakunya. Berdasarkan temuan tersebut maka diajukan saran yaitu sebaiknya perusahaan perlu mengkaji kemungkinan penerapan metode EOQ dalam manajemen persediaannya.