Abstrak


Analisis Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Desa Wisata Berkelanjutan Di Pasar Ciplukan Mojogedang Karanganyar


Oleh :
Yesi Yulianti - K8419086 - Fak. KIP

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan (1) peran masyarakat di dalam proses pengelolaan wisata Pasar Ciplukan, (2) hambatan dan bagaimana strategi yang dihadapi masyarakat selama proses pengelolaan wisata ke arah berkelanjutan di wisata Pasar Ciplukan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui proses wawancara, observasi, dan diperkuat dengan dokumentasi. Peneliti memilih informan penelitian dengan teknik purposive sampling dengan kriteria masyarakat yang berperan langsung dan terlibat dalam proses pengelolaan Pasar Ciplukan. Dengan demikian informan yang dipilih meliputi ketua WLD, Pokdarwis, dan masyarakat sebagai pedagang di Pasar Ciplukan. validitas data diuji dengan melakukan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Data dianalisis menggunakan model analisis oleh Miles & Heberman meliputi tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 
Hasil penelitian membuktikan bahwa di dalam proses pengelolaan wisata Pasar Ciplukan terjadi dualitas struktur yang saling berhubungan. Pemahaman dan kesadaran potensi desa yang berpotensi untuk dijadikan sebuah destinasi mendorong perwujudan struktur baru di masyarakat berupa pembentukan pengurus desa wisata. Pembangunan desa wisata tidak mungkin lepas daripada peran individu di dalam masyarakat sebagai bagian entitas struktur yang lebih besar di dalam masyarakat. Hubungan dualitas ditunjukkan ketika masyarakat sebagai pengelola berperan sebagai agen dan melaksanakan proses pengelolaan dari perencanaan sampai pada evaluasi. Peran setiap agen merupakan bentuk tindakan yang didasarkan pada struktur masyarakat di Desa Milir, Gentungan yang mengupayakan pengembangan desa ke arah wisata. Struktur berkembang seiring dengan peran agen di dalamnya melalui proses pengembangan dan pengelolaan wisata. Masyarakat sebagai pengelola wisata dihadapkan pada berbagai hambatandalam upaya membawa wisata ke arah berkelanjutan. Hambatan seperti munculnya wisata baru di daerah lain, penurunan pengunjung, sistem kerja pokdarwis yang kurang tegas, dan hambatan pada mental masyarakat itu sendiri dalam mempertahankan eksistensi wisata. Hambatan yang muncul kemudian ditindaklanjuti dengan menerapkan berbagai strategi pengelolaan wisata seperti peningkatan pelatihan manajerial wisata, meningkatkan optimalisasi kinerja pokdarwis, pengadaan kegiatan gunungan 1000 apem, gunungan ketupat, serta berbagai festival serta peningkatan kualitas pelayanan wisata baik lingkungan fisik maupun kualitas pelayanan terhadap pengujung.