;

Abstrak


Makna Simbolik Tokoh Bathara Kala dalam Lakon Ruwat Murwakala dan Nilai Pendidikan Moral bagi Masyarakat Jawa


Oleh :
Lardianto Budhi - S052002003 - Fak. KIP

ABSTRAK

Lardianto Budhi. 2023. Makna Simbolik Tokoh Bathara Kala dalam Lakon Ruwat Murwakala dan Nilai Pendidikan Moral Bagi Masyarakat Jawa. Tesis. Pembimbing: Prof. Dr. Slamet Subiyantoro, M.Si. Kopembimbing: Dr. Adam Wahida, M.Pd. Program Studi Magister Pendidikan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis tokoh Bathara Kala dalam ritual ruwat lakon Murwakala dan menemukan unsur-unsurnya, baik unsur fisik dan non fisik yang mengandung simbolisme berupa nilai pendidikan moral ; 2) mengetahui makna simbolik tokoh Bathara Kala yang terdapat dalam ritual ruwat lakon Murwakala; 3) mengetahui relevansi makna simbolik tokoh Bathara Kala dalam sajian ritual ruwat lakon Murwakala dengan proses pendidikan moral masyarakat Jawa. Penelitian ini berusaha melakukan penafsiran dan pemaknaan terhadap simbolisme tokoh Bathara Kala dalam lakon wayang ruwat murwakala melalui pendekatan semiotika. Hal ini dilatarbelakangi oleh kesadaran penulis bahwa obyek yang akan ditafsirkan bukan hanya teks-teks dan kata-kata yang menjadi bagian utuh dalam tokoh Bathara Kala, namun juga menyangkut wujud visual yang ada pada tokoh tersebut. Penulis dapat berusaha mengelaborasi sebanyak mungkin makna pendidikan moral yang bisa diambil dari simbol tokoh Bathara Kala sebagaimana yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sehingga bisa diaplikasikan, minimal menjadi sumber dan bahan diskursus yang relatif baru dalam dunia pendidikan untuk menyikapi dinamika dan perkembangan sosial yang sedang berlangsung pada masyarakat Jawa. Tokoh Bathara Kala menempati peran sentral dalam penyajian wayang lakon Ruwat Murwakala karena pada hakekatnya, lakon Ruwat Murwakala adalah media untuk menyampaikan gagasan dan konsep tentang waktu bagi masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa melihat waktu dengan sangat hati-hati dan penuh mawas diri. Pandangan kebudayaan Jawa meletakkan manusia sebagai fihak yang ‘tak bisa’ mengalahkan waktu sehingga harus selalu berusaha untuk meletakkan dirinya dalam garis atau realitas waktu yang tepat agar selalu berada dalam keberuntungan dan keselamatan. Pendidikan moral yang diajarkan adalah bahwa bagi masyarakat Jawa, waktu yang dipersonifikasikan dalam wujud yang menyeramkan, sebenarnya merupakan sebuah simbol bahwa manusia harus berhati-hati menghadapi dan menjalani hidup dalam perjalanan waktu.