Populasi penderita anak autisme di dunia semakin banyak setiap tahunnya. Pada tahun 2015 di Jawa Barat memiliki perkiraan jumlah kasus anak Autisme tertinggi yaitu sebanyak 25 ribu anak. Pengembangan diri anak harus dilakukan untuk menunjang hidup anak autis kedepan. Terapi merupakan salah satu cara untuk membantu pengembangan diri anak autis. Desain interior pusat terapi anak autis di Bandung masih kurang memadai tidak memperhatikan dari kenyamanan, karakter, kebutuhan, dan keamanan anak penyandang Autisme dimana hal ini berdapak pada proses dan hasil terapi anak. Dalam menanggapi permasalahan yang ada dibutuhkan konsep yang mengutamakan kebutuhan penggunanya yaitu konsep Healing Environment dimana menggunakan tiga pendekatan yaitu alam, indera, dan psikologis. Pada perancangan pusat terapi anak autisme ini melalui empat tahapan yaitu programming, analisa data, pengembangan ide gagasan, dan presentasi. Melalui metode tersebut dapat dirancangnya pusat terapi anak autisme dengan konsep healing environment yang dapat mewadahi aktivitas anak autisme secara maksimal dengan memperhatikan kebutuhan dan kenyamanan yang sesuai dengan karakteristik anak autisme.