Abstrak


SURAT KABAR dan PEMILU LEGISLATIF 2009


Oleh :
Yumiyanti - D1206635 - Fak. ISIP

Media massa dalam hal ini surat kabar merupakan salah satu komponen penting yang dijadikan parameter bagi dinamika perkembangan politik khususnya terkait Pemilihan umum (Pemilu). Surat kabar membantu dalam pembentukan pendapat dan sikap pembaca di dalam cara memberikan suara mereka. Oleh karena itu dalam konteks ini para peserta Pemilu dan kontestan Pemilu memanfaatkan surat kabar semaksimal mungkin untuk tujuan politik. Semakin jelas bahwa surat kabar tidak hanya sebagai defining agency tetapi juga sebagai public spheres yakni sebagai forum yang memberikan akses terhadap segmen publik untuk mengetengahkan versi definisi realitas sosial dalam penerbitan pers yang bervariasi. Kompas menjadi kontribusi aktif sebagai medium komunikasi politik di Indonesia terutama dalam mendukung penyelenggaraan Pemilu. Kompas menyajikan suatu kolom komentar “Spanduk Calon Legislatif” yang berisi komentar yang diberikan calon legislatif dalam menanggapi permasalahan terkait isu-isu aktual yang diangkat pihak media sebagai topik pembahasan. Berkaitan dengan hal tersebut, tulisan ini akan mencoba menelaah pernyataan atau pendapat dari calon legislatif sebagai komentator yang dituangkan dalam setiap edisi kolom komentar “Spanduk Calon Legislatif” Harian Umum Kompas. Sebagai standar pengkajian digunakan metode analisis isi dan untuk keperluan analisis data, terlebih dahulu dibuat coding sheet yang dipakai untuk mengkarakteristikkan secara sistematis unit-unit analisis yang kemudian dilihat kecenderungan opini dari kemunculan kategori-kategori dalam tiap unit analisis yang sudah ditentukan. Berdasarkan hasil pengkodingan, maka untuk kecenderungan kategori tema pada kolom komentar “Spanduk Calon Legislatif: adalah kategori sosial dengan jumlah frekuensi 5 kali (44%). Sedangkan kecenderungan opini yang tampak berdasarkan kategori proses opini adalah aspek politik dengan frekuensi 76 kali (74,5%). Dimana komentator lebih cenderung mengemukakan opini yang menghubungkan antara opini publik dengan kegiatan pemerintah. Pada kategori Nada opini, kecenderungan opini yang tampak yakni nada opini unfavourable yakni dengan frekuensi sebanyak 59 kali (54,6%). Disimpulkan bahwa komentator lebih cenderung tidak mendukung atau tidak setuju dengan kinerja pemerintah selama ini yang dianggap kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat. Sedangkan untuk kecenderungan sifat opini tampak pada opini yang cenderung bersifat saran dengan frekuensi 100 kali (64,1%). Yakni komentator memberikan komentar lebih cenderung memberikan usulan, himbauan dan pemecahan masalah dari tema-tema yang diketengahkan oleh pihak media.