Produksi tanaman selada di Indonesia dari tahun 2015 sampai tahun 2018 sebesar 600.200 ton, 601.204 ton, 627.611 ton, dan 630.500 ton (Data Badan Pusat Statistik, 2019). Permintaan selada terus mengalami peningkatan dari kebutuhan rumah tangga hingga industri rumah makan cepat saji karena masyarakat mulai menerapkan pola hidup sehat, oleh karena itu komoditas ini memiliki prospek yang baik untuk terus dibudidayakan. Hidroponik dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan semakin menurunnya lahan bukan sawah di Indonesia sebab hidroponik dapat dilakukan pada lahan yang sempit. Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2023-27 Mei 2023 di Jinawi Farm Karanganyar yang beralamat di Perumahan Pokoh Baru, Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Metode pelaksanaan meliputi perencanaan, praktik lapang, dokumentasi, studi pustaka, dan analisis usahatani. Hasil Pelaksanaan Tugas Akhir menunjukkan proses budidaya selada butterhead (L. sativa var. capitata) meliputi penyemaian, persiapan instalasi, pembuatan larutan nutrisi AB Mix, pindah tanam, pemeliharaan tanaman, pemanenan, serta penanganan pascapanen. Produk yang dipasarkan adalah selada butterhead yang dikemas menggunakan plastik bening, produk tersebut dijual dengan harga Rp28.000,00 per kg, promosi dilakukan menggunakan 2 cara yaitu dari mulut ke mulut dan menggunakan media sosial yaitu WhatsApp. Penerimaan yang didapatkan sebesar Rp448.000,00 sedangkan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp72.860,00. Hasil penghitungan HPP diperoleh harga Rp23.446,00. Nilai R/C Ratio sebesar 1,19 maka usaha selada butterhead secara hidroponik dengan sistem NFT menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Nilai B/C Ratio sebesar 0,19 yang artinya usaha ini layak dilanjutkan, untuk mencapai BEP harus mencapai penjualan produk sebesar Rp340.073 dengan jumlah produk yang dijual sebanyak 12 unit.
