;

Abstrak


JOGJA ORA DIDOL: GERAKAN RESISTENSI SIMBOLIK KELOMPOK SENIMAN TERHADAP PEMBANGUNAN PARIWISATA DI KOTA YOGYAKARTA


Oleh :
Cahyaratri Hari Kinasih - S702008002 - Fak. Ilmu Budaya

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi dengan kunjungan wisata yang cukup tinggi. Peninggalan produk budaya benda maupun non benda juga berhasil merepresentasikan ciri khas Yogyakarta sebagai provinsi istimewa secara legal dalam undang-undang dan secara tradisi. Peningkatan kunjungan wisata di era modernisasi membuat Yogyakarta bertransformasi untuk mengikuti lajunya dengan pembangunan-pembangunan sebagai penunjang pariwisata yang justru menimbulkan degradasi kaum kelas dengan tagar Jogja Ora Didol khususnya para seniman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik analisis interpretatif. Teknik pengumpulan data melalui interview atau wawancara dan observasi, selain itu sumber data berasal dari keterangan informan dan naskah-naskah kepustakaan. Teori utama yang digunakan pada penelitian ini adalah teori resistensi James Scott dan teori lain sebagai pendukung seperti teori pembangunan, pariwisata dan teori kekuasaan. Tujuan penelitian ini adalah melihat penyebab, proses dan implikasi gerakan Jogja Ora Didol sebagai sebuah produk perlawanan kelompok seniman di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, penyebab  atau hal yang melatarbelakangi munculnya Jogja Ora Didol oleh kelompok seniman salah satunya karena arus modernisasi sehingga pembangunan masif yang mengancam keberlangsungan identitas Kota Yogyakarta. Kedua, Jogja Ora Didol menjadi sebuah gerakan perlawanan oleh kelompok seniman yang direfleksikan secara simbolik secara semi terbuka. Ketiga,  Gerakan Jogja Ora Didol mendapatkan respons dari pemerintah salah satunya adalah pengkajian ulang regulasi kepariwisataan yang berlaku di Kota Yogyakarta dan akibat gerakan Jogja Ora Didol muncul kolektif lain dengan misi dan visi yang sama hingga saat ini.