;

Abstrak


Evaluasi Grouting Berdasarkan Rock Quality Design (RQD), Secondary Permeability Index (SPI) dan Groutabilitas (Studi Kasus: Bendungan Jlantah)


Oleh :
Ilham Fikri Salam - S942108011 - Fak. Teknik

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah permasalahan yang terjadi pada fondasi inti Bendungan Jlantah, disebabkan oleh potensi rembesan air di bawah permukaan yang dapat mengakibatkan perembesan air saat bendungan dilakukan. Proyek konstruksi bendungan ini dilakukan penanganan untuk mengurangi tingkat perembesan air dengan pengisian atau injeksi semen ke dalam batuan fondasi. Pada saat perbaikan fondasi menggunakan injeksi semen yang telah dilakukan, masih ada beberapa lokasi dengan nilai permeabilitas yang tinggi, sehingga evaluasi perbaikan fondasi ini perlu dilakukan dan mencari aspek yang mempengaruhi hal tersebut. 

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat menjawab permasalahan yang tercantum dalam rumusan masalah. Penulis menggunakan pendekatan analisis tematik untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menggambarkan pola-pola atau gambaran utama yang muncul dari data yang dikumpulkan. Hasil yang didapat dari analisis tematik ini berupa gambaran dari peta dan penampang yang dapat merangkum data lapangan menjadi sebuah zona atau pola yang berhubungan. Pendekatan analisis statistik yang digunakan untuk mengolah data numerik dari pencatatan lapangan agar mendapatkan informasi atau data yang relevan dan dapat diinterpretasikan secara objektif. Analisis statistik ini digunakan dalam melakukan perhitungan nilai data RQD, SPI, dan evaluasi serta mencari hubungan antara hasil perhitungan data tersebut.

Kondisi fondasi pada Bendungan Jlantah bertumpu pada batuan tuff lapili, aglomerat, dan breksi vulkanik dengan nilai kualitas massa batuan (RQD) didominasi kelas buruk hingga sangat buruk serta beberapa lokasi secara setempat memiliki kelas baik hingga sedang. Sebelum dilakukan injeksi semen, kondisi fondasi memiliki nilai kelas A tidak perlu perbaikan sebesar 18.17%, nilai kelas B perbaikan secara setempat sebesar 19.84%, nilai kelas C diperlukan injeksi sebesar 61.90%, dan nilai kelas D sangat diperlukan injeksi skala luas sebesar 0.09%. Setelah dilakukan perbaikan, kondisi fondasi menunjukkan nilai kelas A yang mencapai target sebesar 77.37%, nilai kelas B perbaikan secara setempat sebesar 8.45%, nilai kelas C diperlukan injeksi sebesar 14.17%, dan nilai kelas D sangat diperlukan injeksi skala luas sebesar 0.00%. Hubungan yang didapat antara nilai RQD dengan SPI menunjukkan kondisi fondasi memiliki sebuah intensitas bidang diskontinuitas yang tinggi dengan nilai SPI kelas B dan C, sehingga dalam melakukan injeksi memerlukan campuran semen lebih halus. Hubungan yang didapat antara nilai penyerapan semen dengan air pada batuan menunjukkan pada batuan dengan kandungan vulkanik tinggi memiliki rekahan yang sangat sempit, sehingga memerlukan campuran semen tidak konvensional serta perlu memerhatikan pola tekanan injeksi yang digunakan pada batuan semi konsolidasi agar tidak mengalami rekahan hidrolik. Nilai efektivitas kategori sangat baik sebesar 18.93%, kategori baik 52.07%, kategori sedang 13.02%, kategori kurang 4.73%, dan kategori buruk 3.55%, serta terdapat 7.69% mengalami perusakan pada fondasi. Keberhasilan perbaikan fondasi dengan injeksi semen ini sebesar 77.83%, dan 22.17% area pada fondasi dasar sungai belum memenuhi target dengan nilai lebih kecil sama dengan 1.11 E-13 l/s.m2. Berdasarkan seluruh aspek tersebut menunjukan perlu adanya penggunaan campuran semen yang sangat halus atau dapat menggunakan metode perbaikan lain seperti dinding halang.