Abstrak


SERAT KALATIDHA DAN REALITAS SOSIAL DI SURAKARTA PADA ABAD KE XIX


Oleh :
Eni Indarwati - K4416020 - Fak. KIP

Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis (1) realitas sosial di Surakarta abad ke XIX, dan (2) hubungan Serat Kalatidha dengan realitas sosial di Surakarta abad ke XIX.

Penelitian ini menggunakan metode historis. Tahapan dalam penelitian meliputi tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan yakni sumber primer dan sekunder. Sumber primer berupa Serat Kalatidha, sedangkan sumber sekunder berupa buku-buku dan jurnal yang terkait. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan teknik studi pustaka. Teknik analisis yang digunakan merupakan analisis historis dengan pendekatan sosiologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) realitas sosial di Surakarta pada abad ke XIX meliputi stratifikasi sosial yang terlihat dari penggunaan bahasa Jawa yang bertingkat dan struktur sosial agraris melekat pada masyarakat Kasunanan Surakarta. Realitas sosial di Surakarta pada abad ke XIX juga dapat dilihat dari interaksi sosial yaitu individu dengan kelompok dapat ditujukan dengan pemilik perkebunan dengan bandit dikarenakan situasi masyarakat Jawa pada pertengahan abad XIX mengalami sistem kapitalisme perkebunan milik pemerintah maupun swasta. Interaksi sosial yang berwujud individu dengan kelompok yang menjadi sorotan Ranggawarsita dalam menuliskan Serat Kalatidha dilihat hubungan dengan Paku Buwana IX semakin jauh dikarenakan Pemerintahan Belanda ikut campur. Interaksi sosial individu dengan individu misalnya ketidakharmonisan hubungan Paku Buwana IX dengan Ranggawarsita yang memiliki dampak tidak dinaikkan pangkatnya, (2) kekecewaan Ranggawarsita digambarkan melalui Serat Kalatidha sebagai wujud tindakan yang tidak adil. Serat Kalatidha tembang Sinom bait ke tujuh memuat beberapa orang ikut menggila karena mengutamakan hawa nafsu sehingga melupakan sikap eling lan waspada. Keadaan Surakarta pada abad ke XIX dilihat dari situasi politik yaitu mengalami penurunan luas wilayah setiap diadakan perjanjian dan Belanda ikut campur dalam urusan istana. Keadaan Surakarta dalam bidang ekonomi juga tergambar dari status sosial dapat dilihat dari gaya hidup priyayi yang berlebihan sehingga terjebak hutang. Stratifikasi masyarakat feodal Jawa, raja berada dalam kelas tertinggi termasuk putra-putri raja dan sentana dalem. Penguasa dalam menjalankan pemerintahannya dibantu oleh seperangkat pejabat dan keluarganya dengan imbalan diberi tanah apanage atau lungguh yang digarap oleh petani. Feodalisme mempengaruhi kesusastraan karena harus menggunakan bahasa sesuai dengan aturan yang diberlakukan raja. Ranggawarsita memberikan tuntunan hidup untuk menghadapi zaman edan dengan mematuhi aturan dan menjauhi perbuatan buruk.