Abstrak


PENGARUH PEMBELAJARAN KETERAMPILAN VOKASIONAL TERHADAP KESIAPAN KERJA ANAK TUNARUNGU (KAJIAN STUDI KASUS DI SLB NEGERI SLAWI)


Oleh :
Firda Yasyfina - K5117031 - Fak. KIP

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh keterampilan vokasional terhadap kesiapan kerja anak tunarungu di SLB Negeri Slawi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif studi kasus. Subjek penelitian ini adalah 5 siswa tunarungu, 1 guru guru kelas yang merangkap menjadi guru keterampilan, serta 1 wakil kepala sekolah. Teknik yang digunakan dalam pengambilan subjek adalah teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model analisis Miles dan Huberman yang mencakup reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Validitas penelitian ini menggunakan trianggulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Keterampilan vokasional di SLB Negeri Slawi sebanyak 7 kegiatan, dengan rincian 6 kegiatan diperuntukkan untuk seluruh siswa tunarungu, berupa menjahit, tata boga, suvenir, membuat keset, membuat membuat bunga hias serta membatik. 1 kegiatan untuk siswa tunarungu perempuan yaitu merias. (2) Terdapat keragaman resiliensi siswa tunarungu, (3) Seluruh siswa tunarungu mampu beradaptasi dalam perbedaan dan perubahan dalam lingkungan, (4) Keinginan belajar siswa tunarungu berdasarkan minat masing-masing siswa, (5) Motivasi siswa dalam bekerja disebabkan oleh: memperoleh uang, pembelian kebutuhan, serta melanjutkan kuliah, (6) Siswa tunarungu mampu menyelesaikan permasalahan dalam lingkungan, (7) Kesadaran berorganisasi siswa diperoleh melalui lingkungan sekolah, lingkungan kerja, serta pencarian lowongan kerja, (8) Seluruh siswa tunarungu mempunyai sikap yang bagus dalam bekerja, (9) siswa tunarungu mampu bekerja mengikuti instruksi yang diberikan, (10) Siswa tunarungu mampu memecahkan masalah sesuai dengan kreativitas yang dimilikinya, dan (11) Interpersonal orientation siswa tunarungu yaitu 4 siswa berkomunikasi dengan bahasa isyarat, 1 siswa menggunakan lisan karena memiliki sisa pendengaran.