Kampung Potrojayan merupakan sebuah kampung kecil di pinggir Sungai Pelem Wulung yang secara administratif terletak di Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Dikenal sebagai kawasan hitam, Kampung Potrojayan dapat menggeliat menjadi sebuah sentra produksi blangkon yang menguasai pasar-pasar baik di Surakarta hingga luar Pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk pertama, mengetahui latar belakang munculnya sentra pengrajin blangkon di Kampung Potrojayan. Kedua, mengetahui dinamika pengrajin blangkon di Kampung Potrojayan. Ketiga, mengetahui dampak adanya pengrajin blangkon terhadap masyarakat di Kampung Potrojayan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, meliputi empat tahap yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan penulisan sejarah. Sumber Primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan beberapa tokoh industri blangkon di Kampung Potrojayan dan arsip milik Paguyuban Maju Utomo serta Kelurahan Serengan. Sumber Sekunder dalam penelitian ini menggunakan buku, artikel jurnal, dan literatur yang berkaitan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa industrialisasi blangkon di Kampung Potrojayan dirintis oleh Mbah Joyo sebagai generasi pertama dan anaknya, Kaswanto sebagai generasi kedua. Industri blangkon di Kampung Potrojayan dapat mengubah identitas Kampung Potrojayan yang awalnya dikenal sebagai kawasan hitam menjadi kampung blangkon. Paguyuban Maju Utomo juga hadir dalam menjaga interaksi antar pedagang baik dalam kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa industri blangkon di Kampung Potrojayan mulai berdiri tahun 1970 hingga sekarang dengan sosok Mbah Joyo dan keluarga sebagai pioner. Dinamika pengrajin blangkon di Kampung Potrojayan banyak dipengaruhi oleh event politik, agama, dan budaya. Blangkon dapat mengangkat sektor ekonomi dan sosial masyarakat Kampung Potrojayan
