;

Abstrak


Hubungan Kadar Asymmetric Dimethylarginine (ADMA) dan Symmetric Dimethylarginine (SDMA) Serum dengan Diabetic Kidney Disease (DKD)


Oleh :
Hidanti Karlina - S971902003 - Fak. Kedokteran

Latar Belakang: 
Chronic kidney disease merupakan komplikasi yang sering terjadi pada diabetes, sekitar 40-50% penderita DM tipe 2 akan menderita DKD.
Disfungsi endotel dan stres oksidatif merupakan patogenesis awal terjadinya DKD. Asymmetric dimethylarginine dan enantiomernya SDMA berperan dalam disfungsi endotel maupun stres oksidatif. Beberapa literatur menunjukkan peningkatan ADMA dan SDMA berhubungan dengan DKD.
Tujuan:
Menganalisis hubungan kadar ADMA dan SDMA serum terhadap kejadian DKD.
Metode:
Analitik observasional secara cross sectional. Delapan puluh lima penderita DM tipe 2 yang melakukan pemeriksaan laboratorium klinik utama di Surakarta dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis untuk mengetahui hubungan ADMA dan SDMA serum dengan DKD serta odds ratio masing-masing variabel, dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil:
Sebanyak 26 subjek (30,6%) mengalami DKD dan 59 subjek (69,4%) tidak mengalami DKD.Hasil analisis bivariat menunjukkan durasi DM, kontrol glikemik, riwayat hipertensi, ADMA dan SDMA serum berhubungan dengan kejadian DKD (p=0,021; 0,022; <0>Hasil analisis multivariat menunjukkan kontrol glikemik, riwayat hipertensi serta SDMA serum merupakan prediktor DKD, dengan adjusted OR masing-masing 10,570 (95%CI=1,448-77,145; p=0,020); 9,743 (95%CI= 1,925-49,308; p=0,006); 48,451 (95%CI=9,393-249,915; p<0>Simpulan dan Saran:
SDMA serum, riwayat hipertensi dan kontrol glikemik merupakan prediktor DKD. Penelitian lanjutan perlu dilakukan di beberapa center pemeriksaan dengan mengambil 2 sampel urin untuk pemeriksaan RAKU dengan interval 3-6 bulan, serta perlunya menilai efek terapi yang berikan baik bersifat protektif ataupun toksik terhadap ginjal.