Para PSK mendapatkan identitas yang negatif dari masyarakat karena mereka bekerja yang menyimpang dari norma yang berlaku. Para PSK mendapatkan stigma negatif dan perilaku diskriminasi dari masyarakat Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses penguatan identitas sosial yang dilakukan PSK melalui tindakan self disclosure dengan berbasis dukungan sosial. Proses penguatan identitas sosial yang dilakukan para PSK menggunakan perspektif teori identitas sosial. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan perolehan data melalui wawancara dan observasi kepada informan kunci (OPSI), informan utama (PSK), dan informan pendukung (SPEK-HAM). Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Setelah data diperoleh, pengujian validitas data yang digunakan adalah dengan teknik triangulasi sumber. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses identitas sosial yang dilakukan PSK melalui 3 proses penguatan identitas sosial sebagai berikut; pertama self categorization/ kategoris diri, dalam proses ini para PSK harus dapat menyesuaikan diri dalam hal berpakaian dan bersikap. Pada proses ini PSK juga mendapatkan stigma negatif dari masyarakat. Kedua, perbandingan sosial merupakan proses PSK mendapatkan diskriminasi dan kekerasan dari masyarakat. Ketiga model interaksional, pada proses ini PSK harus melakukan tindakan self disclosure yang akan diberikan dukungan sosial dari komunitas OPSI. Selama melakukan proses penguatan identitas sosial para PSK mendapatkan faktor pendukung yaitu adanya komunitas OPSI,keinginan untuk dihargai, dan motivasi diri. Untuk faktor penghambat yaitu tidak adanya dukungan dari keluarga, pemerintah yang tidak membantu secara maksimal, dan banyaknya tanggungan yang mereka miliki. Dampak dari penguatan identitas sosial ini yaitu PSK lebih dihargai, PSK menjadi lebih sehat, dan tidak adanya perlakuan diskriminasi dari masyarakat.
