Abstrak


Peran Biochar dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida di Sistem Agroforestri Kayu Putih


Oleh :
Much Nur Eka Kusumahendra - H0719121 - Fak. Pertanian

Kebutuhan jagung baik dalam negeri maupun global terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga perlu diimbangi dengan peningkatan hasil produksi. Adapun usaha yang dapat dilakukan adalah peningkatan produktivitas (intensifikasi) dengan varietas unggul dan perluasan tanam (ekstensifikasi). Namun, perluasan lahan pertanian memiliki tantangan seperti peralihan lahan menjadi lahan industri. Salah satu solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut adalah pemanfaatan lahan non produktif seperti lahan marginal dengan sistem agroforestri. Lahan marginal merupakan lahan kering dengan kandungan hara rendah, sementara sistem agroforestri merupakan sistem tanam yang mengkombinasikan pepohonan dan tanaman pertanian. Pengoptimalan lahan marginal dapat dilakukan dengan menambahkan biochar dan pupuk organik untuk memperbaiki sifat tanah dan meningkatkan kesuburan tanah. Namun, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan jenis terbaik biochar dan pupuk organik yang dapat memberikan hasil optimal.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Desember 2022 yang bertempat di Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Desa Bleberan, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial. Faktor pertama berupa jenis biochar yang terdiri dari tiga macam, yaitu B0= tanpa biochar, B1= biochar tempurung kelapa, dan B2= biochar sekam padi. Faktor kedua berupa jenis pupuk organik yang terdiri dari empat macam, yaitu P0= tanpa pupuk organik, P1= pupuk organik ayam, P2=pupuk organik sapi, dan P3= pupuk organik kambing, faktor yang ada dikombinasikan sehingga didapatkan 12 kombinasi perlakukan dengan tiga ulangan. Variabel pengamatan meliputi suhu (oC), kelembaban relatif (%), intensitas cahaya (lux), analisis tanah awal, analisis biochar dan pupuk kandang, tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2), sudut daun (derajat), panjang daun (cm), lebar daun (cm), umur berbunga betina (silking), umur berbunga jantan (tasseling), bobot kering brangkasan (g), panjang tongkol (cm), diameter tongkol (cm), jumlah baris per tongkol (baris), jumlah biji per baris (biji), bobot tongkol tanpa biji (g), bobot biji pertanaman (g), bobot 100 biji (g), bobot kering pipilan per petak panen (t.ha-1), indeks panen (%), kandungan C dan N tanah akhir. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (annova), apabila berpengaruh nyata maka diuji lanjut dengan Duncan’s Multiple Range Test dengan taraf 5%. Selanjutnya, dilakukan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antar variabel pengamatan. 
Hasil penelitian menunjukkan pemberian biochar tempurung kelapa dan pupuk organik kambing dapat meningkatkan bobot biji per tongkol sebesar 46,71% dibandingkan tanpa pemberian biochar dan tanpa pupuk organik. Pemberian biochar tempurung kelapa dapat meningkatkan hasil pada jumlah biji per baris sebesar 16,07%, bobot tongkol tanpa biji sebesar 20,59%, dan bobot kering pipilan per petak panen sebesar 22,35% dibandingkan perlakuan tanpa pemberian biochar. Pemberian pupuk organik ayam dapat meningkatkan hasil pada tinggi tanaman sebesar 18,46%, diameter batang sebesar 13,71%, jumlah daun sebesar 11,48%, dan panjang daun sebesar 9,08%, bobot kering brangkasan sebesar 21,54%, bobot tongkol tanpa biji sebesar 24,35% dibandingkan tanpa pemberian pupuk organik. Pemberian pupuk organik kambing dapat meningkatkan hasil luas daun sebesar 33,89% dibandingkan tanpa pemberian pupuk organik