;

Abstrak


ANALISIS MULTILEVEL PENGARUH FAKTOR RISIKO DAN FAKTOR KONTEKSTUAL DESA TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS KLINIS PADA ANAK DI KABUPATEN WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH


Oleh :
Khairina Nur Hidayati - S022208047 - Sekolah Pascasarjana

Khairina Nur Hidayati. S022208047. Analisis Multilevel Pengaruh Faktor Risiko dan Faktor Kontekstual Desa terhadap Kejadian Tuberkulosis Klinis pada Anak di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Tesis Pembimbing I: Bhisma Murti, Pembimbing II: Setyo Sri Rahardjo. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar Belakang: Indonesia menduduki peringkat kedua dengan beban tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia. Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan pesat, masih memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TBC pada anak yang memerlukan upaya pengendalian. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh faktor risiko dan faktor kontekstual desa terhadap kejadian TBC pada anak.
Subjek dan Metode: Penelitian studi case control dilakukan di 82 desa di Kabupaten Wonogiri,  pada bulan November hingga Desember 2023. Sampel sebanyak 200 anak usia 0 hingga 4 tahun dipilih melalui fixed disease sampling. Variabel terikat penelitian ini adalah kejadian TBC pada anak. Variabel bebas penelitian ini adalah stunting, riwayat kontak, paparan asap rokok, sanitasi rumah, jenis kelamin, pendidikan orang tua, umur anak, pendapatan orang tua, status imunisasi BCG dan pengaruh kontekstual desa. Data penyakit TBC diperoleh dari Aplikasi Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) di Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri tahun 2023. Data lainnya dikumpulkan melalui kuesioner. Analisis data dengan regresi logistik ganda multilevel.
Hasil: Faktor yang meningkatkan kejadian TB anak adalah stunting (OR= 10.94; CI 95%= 2.50 hingga 47.90; p= 0.001), riwayat kontak TB (OR= 8.37; CI 95%= 1.60 hingga 43.83; p= 0.012), dan paparan asap rokok (OR= 7.36; CI 95%= 1.99 hingga 27.14; p= 0.003). Faktor yang menurunkan sanitasi yang sehat (OR= 0.24; CI 95%= 0.08 hingga 0.78; p= 0.017), anak perempuan (OR= 0.40; CI 95%= 0.15 hingga 1.05; p= 0.062), dan orang tua berpendidikan ≥SMA (OR= 0.40; CI 95%= 0.15 hingga 1.05; p= 0.062). Tidak ada hubungan antara umur (OR= 0.93; CI 95%= 0.13 hingga 6.23; p= 0.940), income orang tua (OR= 1.14; CI 95%= 0.40 hingga 3.25; p= 0.807), dan status imunisasi BCG (OR= 0.12; CI 95%= 0.00 hingga 105.98; p= 0.550). Desa mempunyai pengaruh kontekstual terhadap kejadian TB klinis pada anak (ICC= 52.95%).
Kesimpulan: Risiko TB klinis pada anak meningkat dengan stunting, ada riwayat kontak TB, paparan asap rokok, menurun dengan sanitasi rumah sehat, jenis kelamin perempuan,  pendidikan orang tua ≥SMA, tidak ada hubungan dengan umur, income orang tua, dan status imunisasi BCG. Desa memiliki efek kontekstual pada kejadian TB klinis pada anak.